Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Review Cooperative Learning

Thursday, March 11, 2010

Share this history on :
TeamWin2 Sudah banyak penelitian terapan tentang Cooperative Learning yang dilaksanakan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, terutama oleh mahasiswa. Beberapa diantaranya dikaji dalam penelitian untuk skripsi.
Kelemahan: Cooperative Learning membutuhkan komponen khusus, yaitu guru yang benar-benar “spesial” (kreatif), sebab ia akan mengontrol dan mengarahkan sistem belajar dalam kelompok-kelompok belajar siswa di kelas untuk memecahkan suatu permasalahan.
Cooperative Learning berpotensi hanya mengaktifkan beberapa orang saja dalam suatu kelompok, sementara yang lain pasif mengunggu jawaban dari teman-temannya. Siswa yang kurang mampu dalam “kecerdasan kognitif” dapat terabaikan.
Ruang kelas yang memadai menjadi salah satu prasayarat utama yang tidak dapat ditawar-tawar lagi keberadaannya. Ruang yang luas, kedap suara, media presentasi yang cukup/representatif, penataan meja dan kursi yang membangkitkan semangat belajar dan berinteraksi. Di sinilah tampak kesenjangan dengan keadaan sekolah-sekolah kita (di Indonesia), berani kita katakan bahwa bangunan sekolah banyak yang kurang memadai, sebagian sekolah yang kurang memenuhi unsur “safety” bagaimana mungkin dapat memenuhi kepentingan aktivitas belajar yang memadai. Mau membaca buku saja sudah tidak tenang, bagaimana siswa akan berinteraksi dengan siswa dan guru? Ya to...
Cooperative Learning harus diperkenalkan kepada siswa sejak dini, atau melalui pendidikan bagi para calon guru di lembaga pendidik tenaga kependidikan (LPTK) secara komprehensif. Sebab, salah satu pilar pendidikan adalah learning to live together, maka sejak dini harus dibiasakan (habituasi). Kenyataan pada praksis pendidikan kita di LPTK, perkuliahan kurang memberikan bekal tentang beragam metode pembelajaran yang dapat diterapkan bahkan dimodifikasi oleh para calon guru. Sedangkan perpustakaan minim sekali menampilkan beragam buku yang menjanjikan dalam revolusi model dan metode pembelajaran. Calon guru harus memahami bagaimana cara belajar yang benar bukan hanya cara mengajar yang benar.
Saat ini, Cooperative Learning telah dijalankan di berbagai macam sekolah dan institusi pendidikan di seluruh dunia, yang meliputi jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga perguruan tinggi. Hal yang tidak terbantahkan adalah bahwa Cooperative Learning telah meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam pendidkan formal, non formal, bahkan jika diterapkan dalam pendidikan keluarga dapat juga berpengaruh besar. Tentu saja dalam ranah keluarga, Cooperative Learning mendorong berkembangnya kerjasama dan sistem sosial berafeksi yang lebih dekat antar anggota keluarga.
Cooperative Learning bisa disbeut sebagai sebuah model, metode, maupun pendekatan dalam pembelajaran. Penggunaannya bukan hanya terbatas pada mata pelajaran tertentu, misalnya matematika saja, namun juga dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Syaratnya adalah perlu ketersediaan waktu dan kecekatan guru untuk mengkombinasikannya dengan berbagai metode pembelajaran lainnya.
Cooperative Learning dapat diterapkan untuk semua jenis kelas siswa; kelas khusus anak berbakat, kelas pendidkan laur biasa (pendidikan khusus), kelas dengan siswa berkecerdasan rata-rata, dan siswa dengan kondisi heterogen. Di tengah berkembangnya semangat multikultural dalam ranah pendidikan Indonesia, Cooperative Learning sangat kondusif “memanjakan” siswa dari latar belakang agama, etnis, budaya, termasuk latar belakang akademik yang berbeda-beda.
Kembali ditegaskan bahwa tujuan inti Cooperative Learning adalah memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya dapat menjadi anggota sistem sosial yang bahagia dan bermanfaat.
Menariknya, buku Cooperative Learning ini bukan semata-mata membicarakan teorinya saja, tetapi ada serangkaian contoh pelaksanaan pembelajaran dengan didukung oleh metode kooperatif ini. Di dalam wahana Cooperative Learning ini tidak hanya disajikan satu metode, namun ada beragam metode pembelajaran dengan beragam konsep aplikasinya. Dalam buku ini, juga diberikan hal yang bersifat praktis yang tersusun dalam petunjuk bertahap yang telah dengan sukses digunakan oleh ribuan guru dalam setiap tingkatan kelas dan dalam berbagai subjek belajar. Jadi, yang jelas berbeda antara buku ini dengan buku “pembelajaran kooperatif” lainnya adalah di sini membicarakan mengenai teori, penelitian dan pedoman praktis mengenai pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam kursus-kursus pendidikan dan lokakarya.
Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

2 comments:

Loedin said...

artikelnya sangat menarik.. nah terkait dengan artikel di atas, sepertinya ebook yang aku buat sangat-sangat jelas dan simple... karena saya menulisnya secara urut mulai dari header hingga footer. Disitu juga saya sertakan kode asli HTML Minima dan bagian mana yang dirubah. Dari awal sudah saya jelaskan bahwa ebook itu menuntun anda dalam membuat template Grid tersebut. Jadi intinya saya mengharapkan anda atau rekan-rekan yang telah mendownload ebook tersebut langsung dipraktekkan pada MINIMA blogger. Tanpa praktek maka tidak akan bisa dipahami. semoga jawaban saya ini bisa memberikan pencerahan bagi anda.

H4r1 said...

Makasih Mas... Ebooknya sangat membantu saya dan kapan dikupas untuk sliding slidnya

Post a Comment