Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Organisasi Kemahasiswaan: Dulu, Kini dan Tantangan Masa Depan

Sunday, April 10, 2011

Share this history on :

by Dwi Harsono

Pendahuluan

Dunia kampus memiliki kondisi yang berbeda dengan jenjang pendidikan yang ada di bawahnya. Mahasiswa tidak hanya dijejali dengan berbagai teori tapi juga harus mengembangkan kemampuannya untuk mempraktekkan teori yang diperolehnya di masyarakat. Hal ini diwujudkan dalam Tridharma Perguruan Tinggi. Dengan Tridharma Perguruan Tinggi, kampus sebagai tempat seorang mahasiswa menuntut ilmu merupakan kawah candradimuka yang akan ‘menggodog’nya menjadi individu yang lebih memahami dunia di sekitarnya secara nyata. Pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat merupakan pedoman dalam menjalankan keseluruhan aktivitasnya. Pedoman tersebut menuntut setiap mahasiswa untuk mengembangkan dirinya tidak hanya pada sisi teori tetapi praksis juga menjadi tekanan yang tidak bisa diabaikan.

Tridharma Perguruan Tinggi membekali mahasiswa dengan teori yang mumpuni sehingga kelak akan menjadi ilmuwan yang tangguh. Namun keharusan untuk melakukan pengabdian pada masyarakat memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan praktik pada diri mereka sehingga menjadi dekat dengan masyarakatnya. Kedekatan dengan masyarakat yang menciptakan mahasiswa yang cepat tanggap dalam merespon permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dengan dilandasi oleh kemampuan teori di kampus, mahasiswa diharapkan mampu membantu masyarakat memecahkan permasalahan tersebut.

Di samping berkutat di bangku kuliah, mahasiswa diberi kesempatan yang terbuka untuk mengasah kemampuannya dalam bersosialisasi. Sosialisasi sesama mahasiswa dapat dilakukan dengan terlibat dalam kegiatan yang diadakan oleh organisasi kemahasiswaan (Ormawa). Ormawa bisa menjadi tempat yang sangat baik bagi mahasiswa untuk mengembangkan sisi lain dirinya yang tidak diperoleh secara maksimal dari bangku kuliah. Dengan ormawa, mahasiswa dapat mulai melatih kemampuannya dalam berkomunikasi, bekerjasama dan saling menghargai dengan mahasiswa lain. Apabila sudah terlibat penuh dalam ormawa, mahasiswa secara lebih jauh dapat mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan pengambilan keputusan. Kemampuan-kemampuan tersebut sangat penting bagi mahasiswa untuk melakuka pengembangan diri dan bisa mengantarkannya mencapai posisi yang bisa jadi prestisius di lingkungan ormawa di kampus. Posisi menjadi ketua Senat atau Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) bisa menjadi bukti bahwa yang bersangkutan memang memiliki kemampuan yang lebih dibanding yang lain. Dalam posisi ini, biasanya mahasiswa tersebut sering dipanggil ‘aktivis’ ormawa di kampusnya. Pada universitas-universitas besar di Indonesia, mahasiswa yang menjadi mantan ketua senat maupun BEM-nya memiliki posisi tawar yang baik dan pengaruh yang besar di dunia kerja maupun jabatan politis di masyarakat.

Peran Mahasiswa

a. Agen Pembaharu

Mahasiswa adalah masyarakat intelek yang mengalami pencerahan dan memahami dengan baik ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sebagai kelompok yang tercerahkan mahasiswa bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk untuk masyarakatnya. Kebaikan yang terjadi di masyarakat harus didukung tapi apabila masyarakat dirugikan maka mahasiswa siap untuk membantu masyarakat (MTI: 2001).

b. Pilar Demokrasi

Demokrasi adalah wujud dari kerjasama berbagai pilar yang ada dalam masyarakat. Ketidakadilan di masyarakat terjadi ketika ada pihak yang dirugikan. Ketidakadilan menimbulkan kepincangan dalam proses demokratisasi. Mahasiswa merupakan aktor yang berperan penting dalam tegaknya demokrasi sehingga selalu melawan ketidakadilan yang terjadi di masyarakatnya.

c. Penerus bangsa

Sebagai kelompok muda yang berpendidikan, mahasiswa pada masanya akan memegang tanggung jawab untuk memimpin bangsanya. Ketika generasi tua masanya selesai maka generasi muda akan menjadi penerus bagi bangsanya.

Sejarah Perkembangan Organisasi Kemahasiswaan

a. Sebelum Kemerdekaan

Dunia kemahasiswaan di Indonesia berkembang pesat setelah adanya politik etis yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan di Hindia Belanda pada awal abad 20. Salah satu dari politik etis tersebut adalah membuka kesempatan yang lebih banyak pada pemuda pribumi untuk menuntut ilmu pada jenjang pendidikan tinggi. Pemuda pribumi dari kalangan pedagang kaya dan priyayi diperbolehkan untuk menuntut pendidikan tinggi di Stovia maupun sekolah tinggi Teknik di Bandung (cikal bakal ITB). Bahkan beberapa pemuda pribumi dikirim ke Belanda untuk menuntut ilmu, walaupun itu merupakan upaya untuk membuang pemuda pribumi mengikuti kegiatan pergerakan di Indonesia.

Puncak masa ini adalah peristiwa Konggres pemuda Indonesia yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda merupakan kebulatan tekad pemuda untuk mengupayakan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.

b. Masa Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, terjadi pengalihan kekuasaan dari perguruan tinggi peninggalan belanda untuk dikelola oleh pemerintah baru. Hal tersebut diikuti dengan berdirinya universitas-universitas besar yang ada di Indonesia seperti ITB, UGM dan UI. Pada masa ini keterlibatan mahasiswa banyak terfokus untuk menyuarakan proklamasi kemerdekaan melalui media pers baik dalam dan luar negeri.

Pertentangan partai politik dan perubahan kepemimpinan di pemerintahan yang berlarut-larut setelah kemerdekaan mengakibatkan munculnya ketidakpercayaan mahasiswa kepada Presiden sebagai kepala Negara. Kekuasaan presiden yang tanpa batas dan kondisi ekonomi yang semakin buruk memicu munculnya unjuk rasa dari kalangan mahasiswa. Mahasiswa dengan pemuda bahu-membahu untuk mengajukan tuntutan pada pemerintah yang kemudian di kenal sebagai Tiga Tuntutan Rakyat (Tritura). Unjuk rasa yang dimotori oleh mahasiswa dengan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat berhasil melengserkan presiden pada saat itu.

c. Masa Orde baru

Munculnya pemerintahan baru setelah orde lama tidak menyurutkan langkah mahasiswa untuk selalu menyuarakan ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Dewan Mahasiswa (DEMA) di setiap universitas memiliki peranan penting dalam melakukan kontrol terhadap kebijakan pemerintah karena memiliki kekuatan yang besar apabila disuarakan melalui presidium nasional DEMA. Presidium nasional DEMA merupakan lembaga yang mewadahi DEMA universitas di seluruh Indonesia sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap pemerintah. Pimpinan perguruan tinggi tidak bisa campur tangan terhadap kebijakan DEMA di tiap universitas. Bahkan di internal universitas, seluruh ormawa yang ada tergabung dalam DEMA sehingga kekuatannya di tingkat universitas pun cukup besar. Dampaknya, setiap presidium nasional DEMA memprotes kebijakan pemerintah maka seluruh mahasiswa di Indonesia juga bersuara sama.

Bentrokan mahasiswa dengan pemerintah yang didukung militer terjadi pada Peristiwa Malari. Kebijakan pembangunan pemerintah untuk mendatangkan produk luar negeri tidak sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat dan mengakibatkan ketergantungan terhadap negara lain, diantaranya produk Negara Jepang. DEMA mengadakan unjuk rasa untuk menolak produk-produk Jepang dan bertepatan dengan kunjungan perdana menteri Jepang ke Indonesia. Setiap ada kebijakan yang menimbulkan ketidakadilan bagi rakyat, DEMA selalu mengadakan unjuk rasa.

Besarnya kekuatan DEMA bagi pemerintah dianggap bisa mengganggu stabilitas dan menghambat pembangunan sehingga perlu ada aturan yang bisa mengebiri kekuatan DEMA. Pada tahun 1978, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan membekukan DEMA (SK No. 037/U/1979) dan mengeluarkan peraturan tentang Normalisasi Kehidupan Kampus dan Badan Koordinasi Kampus (SK No. 0156/U/1978). Tujuan utama peraturan ini adalah untuk mengebiri kekuatan DEMA yang tadinya bersifat nasional menjadi bersifat lokal universitas (HRW: 1998).

Pada tahun 1982, Pemerintah mengeluarkan peraturan tentang senat mahasiswa diperguruan tinggi dan diperkuat dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0457/0/1990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi yang semakin mengubah profil organisasi kemahasiswaan di tingkat universitas (Sudarma: 2005). Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT (senat mahasiswa perguruan tinggi) dan koordinasinya berada di bawah rektor. Dengan peraturan ini, ormawa semakin dikebiri karena dipecah-pecah menjadi kecil. Bahkan untuk tingkat fakultas berada dibawah Pembantu Dekan III (PD III). Tujuannya adalah untuk mengurangi kegiatan mahasiswa dalam berpolitik dan mengembalikan mahasiswa ke kampus untuk belajar.

d. Masa Reformasi

Keberhasilan Orde Baru untuk mengebiri ormawa tidak diikuti dengan keberhasilan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa meskipun semakin sulit tidak pernah berputus asa untuk berunjuk rasa menyuarakan ketidakadilan. Dimulai dengan isu suksesi kepemimpinan orde baru, wacana tentang pergantian penguasa mulai deras mengalir dan di kampus-kampus wacana ini terus didengungkan. Kekuasaan Orde baru dibawah kepemimpinan presiden Suharto telah berjalan terlalu lama. Meskipun demikian, kuatnya pemerintah yang didukung militer tidak membuat pemerintah bergeming terhadap isu tersebut.

Keberhasilan mahasiswa dan masyarakat untuk mencabut peraturan tentang SDSB melalui demostrasi besar-besaran memberikan secercah harapan tentang kemungkinan aksi turun ke jalan. SDSB menjadi momentum bagi gerakan mahasiswa untuk kembali turun ke jalan. Pemerintah pun membuat aturan ketat untuk menfasilitasi adanya unjuk rasa.

Korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menyeruak disela-sela kondisi ekonomi yang semakin memburuk. Kondisi tersebut diakibatkan oleh terlalu lamanya Orde baru berkuasa. Di samping itu, krisis yang bersifat multidimensional menjadi permasalahan utama orde baru akibat nilai tukar mata uang yang melemah terhadap dollar. Kepercayaan masyarakat semakin rendah kepada orde baru.

Mahasiswa semakin berani untuk berunjuk rasa meminta suksesi. Puncaknya pada tahun 1998, mahasiswa melakukan serentetan unjuk rasa besar yang meminta suksesi segera di laksanakan. Mahasiswa menganggap kredibilitas orde baru sudah jatuh dan tidak becus mengurus Negara sehingga Negara terpuruk pada krisis multidimensi. Kasus penembakan di Trisakti, Semanggi dan Salemba yang memakan korban mahasiswa menunjukkan bahwa gelombang aksi yang dilakukan mahasiswa tidak bisa dihentikan dengan kekuatan senjata. Sampai akhirnya orde baru punberhasil diturunkan.

Turunnya orde baru merupakan langkah awal untuk melakukan reformasi. Mahasiswa menjadi aktor penting yang melahirkan reformasi sekaligus sebagai pegawal reformasi. Mahasiswa juga tidak akan tinggal diam apabila terjadi penyimpangan dalam era reformasi.

Tantangan Masa Depan

Setiap generasi menghadapi tantangan masa depan yang berbeda-beda. Tantangan tersebut merupakan peluang bagi setiap manusia untuk menghadapinya. Sama halnya dengan mahasiswa, setiap generasi menghadapi tantangan yang berbeda-beda pula. Sejak sebelum kemerdekaan hingga reformasi tantangannya sangat bervariasi. Namun satu hal khusus yang ada pada setiap generasi mahasiswa adalah konsistensi untuk selalu memiliki sikap-sikap sebagai berikut:

• Idealis

Mahasiswa adalah kelompok intelek yang mengetahui salah dan benar sehingga selalu berusaha untuk memperjuangkan kebenaran bagi masyarakatnya.

• Kritis

Mahasiswa adalah kelompok intelek yang selalu resah untuk mempertanyakan ketidakadilan yang terjadi di masyarakatnya.

• Visioner

Mahasiswa adalah kelompok intelek yang bergerak berdasarkan pemikiran yang matang dan menjangkau masa depan yang jauh ke depan

• Peduli Rakyat Kecil

Mahasiswa adalah kelompok intelek yang hatinya selalu bersama rakyat. Ketidakadilan pada rakyat akan menggerakkan mahasiswa untuk meluruskan ketidakadilan tersebut.


Daftar Pustaka

Anonim, 1999, Gerakan Mahasiswa Sebagai Gerakan Pemberdayaan dan Identitas, Masyarakat Transparansi Indonesia, Jakarta

Anonim, 1998, Academic Freedom In Indonesia, Human Right Watch

Sudarma, 2005, Gerakan Mahasiswa dari Masa ke Masa, RADAR Karawang, Mei 2005

Yuddy Chrisnandi, 2001, Gerakan Mahasiswa : Mengembalikan Ruh Perjuangan Reformasi, Dephan RI, Rembug Mahasiswa & Pemuda se-Indonesia
Bandung, 12 Februari 2001

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 comments:

Post a Comment