Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Dzikir Meneduhkan Jiwa

Friday, September 23, 2011

Share this history on :

Ditulis Oleh:  Muhamad Djunaedi  
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. (Q.S. Ali Imran 3:191).
Dzikir membuka pintu gerbang bagi cahaya ALLAH serta meneduhkan hati dan jiwa pelakunya. Melalui jalan ghuyub seorang mukmin akan memperoleh sinar keutamaan dan banyak hasanah yang mampu membuka tabir antara ' Abid dan Ma'budnya.
Dzikir adalah jalan menelusuri tepi langit untuk mencapai Ma'rifatullah. Karena tidak ada satu alat pun yang dapat mendekati Allah kecuali dzikrullah. Sebutan asma Allah akan memendekan jarak antara makhluk dengan Al-Khaliq. Karena Allah sangat dekat dengan hamba-NYA, bahkan lebih dekat dari urat nadinya sendiri. Dengan lantunan dzikir, selain menambah taqarrub juga meneduhkan jiwa serta meredam kegelisahan dan menutup kealpaan.
Dzikir itu bahasa umumnya sama dengan ingat yang berarti dapat dilakukan dimana saja dan dalam semua keadaan. Ia dapat diucapkan oleh hati (dzikir khafy), dapat diucapkan oleh lidah (dzikir lisan), dapat dilakukan oleh anggota badan lainnya (dengan perilaku dan akhlak mahmudah).
Dalam shahih Bukhari dan muslim disebutkan bahwa dzikir adalah amal yang paling baik dan paling cantik di sisi Allah, termasuk derajat yang tinggi bagi manusia. Lebih bagus dan lebih utama dari menafkahkan emas dan perak dan lebih utama dari perang menghadapi musuh.
Sahabat Mu'adz bin Jabal berkata : "Kalimat terakhir kepadaku yang diucapkan oleh Rasulullah SAW, sebagai pesan saat perpisahan adalah :
"Hendaklah manusia ketika meninggalkannya membasahi lisannya dengan dzikrullah.""
Imam Bukhari meriwayatkan salah satu hadist marfu' bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah Ta'ala memiliki Malaikat yang bertugas mengililingi bumi ini, mendatangi manusia dan mencari tempat orang orang yang sedang berdzikir. Maka Malaikat yang bertugas itu melindungi tempat (majelis ilmu/dzikir) dengan sayap-sayapnya karena melindungi mereka.
Dzikir yang dirabtibkan (dilakukan dengan kontinyu), hendaklah diamalkan dengan menyebut asma-asma Allah yang indah dan agung (asmaulhusna) dan disudahi dengan shalawat untuk rasulullah SAW. Orang yang berzikir seperti ini akan mendapatkan warid (kemantapan) dan mawahib (anugerah Ilahiyah) yang masuk menyelusup ke dalam relung-relung hatinya.
Ibnu Athaillah menjelaskan bahwa dzikir itu sebenarnya tidak hanya ucapan lisan. Setiap perilaku dan tindakan untuk mengingat Allah bisa disebut dzikir.
Dzikir itu, seperti telah dijelaskan diatas adalah mengingat dan menyebut nama Allah, dilakukan dengan rendah hati (tadharru'), penuh kehalusan (khifah), tidak dikeras-keraskan apalagi diteriakan (jahar).
Sebab dengan dzikir seperti, halus dan penuh kerendahan hati akan menjadi obat dan penawar (syifa') hati orang beriman. Kalau ingin menjadikan dzikir itu sebagai syifa', maka lakukan dengan ucapan yang halus, dengan bisikan jiwa yang penuh rasa. Karena pada dasarnya dzikir maupun doa adalah munajah (bisikan halus) antara hamba dengan Allah.
Dzikir yang mengandung syifa' itu mampu menenangkan perasaan dan menentramkan kalbu. Seperti firman Allah : "Orang orang beriman, hati mereka menjadi tentram, melalui dzikrullah. Karena dzikrullah dapat menenangkan hati." (Q.S Ar-Ra'du ayat 28).
Jiwa yang tentram dan hati yang tenang akan menjadi syifa dan mampu menyembuhkan kegelisahan dan tekanan-tekanan bagi batin (semacam penyakit fisik dan psikis) yang berakibat stress dan depresi. Melalui dzikir, penyakit seperti itu akan terobati (syifa yang dibingkai rahmat dari Allah).
Dalam suatu hadist Qudsy, Allah SWT berkenan mengingatkan hamba-hamba-NYA yang yang melanggengkan dzikir : "Aku selalu mengikuti sangkaan hamba kepada-Ku. Aku selalu meyertainya bila ia sedang berdzikir. Bila ia berdzikir dalam hatinya, maka Aku mengingatnya dalam Dzat-Ku. Bila ia ingat (dzikir) kepada-Ku ditempat ramai niscaya Aku akan ingat kepadanya di tempat yang lebih ramai, bahkan lebih dari ingatannya kepada -Ku. Jika hamba-Ku mendekati Aku satu depa, maka Aku akan mendekatinya satu hasta. Bila ia datang kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan dekati dia satu jengkal. Bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan kaki, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari."
(Dikutip dari buku karya Djamaluddin Ahmad Al-buny, Mitra Pustaka Yogya.)

Thank you for visited me, Have a question ? Contact on : youremail@gmail.com.
Please leave your comment below. Thank you and hope you enjoyed...

0 comments:

Post a Comment