Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

Ketrampilan Dasar Mengajar

Thursday, December 3, 2009

Edi Soegito
Yuliani Nurani

Melalui mata kuliah ini mahasiswa akan mampu menerapkan keterampilan-keterampilan dasar mengajar dalam konteks pembelajaran di kelas. Dalam mata kuliah ini mahasiswa akan mengkaji keterampilan-keterampilan yang merupakan perangkat kemampuan dasar mengajar dan berlatih menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Topik yang di bahas dalam mata kuliah ini adalah keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.
pembelian online: http://ebook.ut.ac.id/

Tinjauan Mata Kuliah
Mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar yang berbobot 4 SKS mengajak Anda untuk mengkaji keterampilan-keterampilan yang merupakan perangkat kemampuan dasar mengajar. Ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus Anda kuasai dengan baik, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kajian kemampuan dasar mengajar sangat bermanfaat bagi Anda sebagai guru atau pelatih yang mempunyai tugas membelajarkan subjek didik. Dalam kaitannya sebagai pembelajar atau orang yang membelajarkan, Anda dituntut untuk mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien sehingga pihak yang belajar atau pebelajar dapat belajar secara optimal dan bermakna. Penguasaan terhadap kemampuan dasar mengajar juga mempunyai kaitan yang erat dengan mata kuliah keguruan lainnya, terutama dengan mata kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Dalam praktik PKM, penguasaan terhadap kemampuan dasar mengajar diaktualisasikan secara terpadu sesuai dengan mata pelajaran atau bidang studi yang Anda ampu di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah ditentukan tujuan yang ingin dicapai setelah Anda mengikuti mata kuliah ini, yaitu Anda diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dasar mengajar Anda dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi yang Anda ampu.
Untuk mempermudah cara belajar Anda, materi mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar ini disajikan dalam dua belas modul yang dirinci sebagai berikut:
Modul 1 : Keterampilan Bertanya
Modul 2 : Teknik Bertanya
Modul 3 : Keterampilan Memberi Penguatan
Modul 4 : Keterampilan Mengadakan Variasi
Modul 5 : Keterampilan Menjelaskan
Modul 6 : Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Modul 7 : Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Modul 8 : Keterampilan Mengelola Kelas
Modul 9 : Interaksi Edukatif
Modul 10: Penataan Kelas
Modul 11: Permasalahan Kelas
Modul 12: Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Agar tujuan yang sudah ditetapkan itu dapat Anda capai dengan baik, pelajarilah setiap modul di atas dengan cermat sesuai dengan petunjuk yang ada di dalamnya. Untuk mengetahui sampai berapa jauh pemahaman Anda terhadap modul yang telah Anda pelajari itu, kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia dengan sungguh-sungguh. Anda pasti berhasil apabila niat belajar Anda diaktualisasikan dengan baik dan sungguh-sungguh dalam mempelajari mata kuliah ini.
Selain itu, ada latihan-latihan yang harus Anda kerjakan sebagai tugas yang hasilnya harus Anda kirimkan ke UT Pusat. Pengerjaan tugas-tugas tersebut harus Anda lakukan dengan penuh rasa tanggung jawab sebab nilai UAS Anda untuk mata kuliah Kemampuan Dasar mengajar ini tidak akan diproses apabila Anda tidak mengerjakan tugas-tugas ini dan mengirimkan hasilnya ke UT Pusat.
Adapun rincian tugas-tugas yang harus Anda kerjakan adalah sebagai berikut.

Kumpulkan tugas-tugas tersebut di atas menjadi satu bundel. Kirimkan ke alamat berikut paling lambat empat minggu sebelum Anda menempuh UAS mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar:

Ketua Program Akta Mengajar
FKIP Universitas Terbuka
Jalan Cabe Raya
Pondok Cabe
Ciputat
Tangerang 15418

Paket bahan ajar ini sebagai informasi tambahan terdiri dari modul dan program video.
Selamat Belajar!!



Rangkuman Mata Kuliah

MODUL 1
KETERAMPILAN BERTANYA

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Keterampilan Bertanya

Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah.

Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.

Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.

Kegiatan Belajar 2
Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut

Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah.

Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.

Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.

MODUL 2
TEKNIK BERTANYA

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Teknik Bertanya

Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang dapat digunakan oleh kita sebagai guru untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didiknya dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta didik.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya.

Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.

Kegiatan Belajar 2
Pertanyaan

Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan tugas pembelajaran (1) pertanyaan permintaan (2) pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan (3) pertanyaan yang bersifat menggali serta (4) pertanyaan retoris. Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu (1) pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran (2) pertanyaan yang menggiring siswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan perbuatan dan (3) pertanyaan yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari perasaan, pikiran dan perbuatan. Pertanyaan-pertanyaan berguna untuk memacu gagasan peserta didik misalnya dalam hal memancing gagasan/ide peserta didik dalam memecahkan masalah.

MODUL 3
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak meny enangkan.

Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara iklim belajar yang kondusif.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan

Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah pemberian penguatan yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.

Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas dari keadaan seperti itu.

Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

MODUL 4
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Variasi Dalam kegiatan pembelajaran

Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinip-prinsip Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi. Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang. Variasi pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra pendengar, penglihatan, pencium, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Variasi pola interaksi mencakup pola hubungan guru dan siswa.

Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan siswa, berlangsung secara berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana.

MODUL 5
KETERAMPILAN MENJELASKAN

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Menjelaskan

Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat memahaminya.

Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.

Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.

Kegiatan Belajar 2
Komponen-komponen dan Prinsip-Prinsip Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup (a) isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh dan (b) hal-hal yang berkaitan dengan siswa.

Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (a) kejelasan, (b) penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan deduktif (c) pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting, serta (d) balikan.

Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip (a) adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b) sesuai dengan keperluan, (c) mengingat latar belakang dan kemampuan siswa, (d) diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan (e) isi penjelasan bermakna bagi siswa.

MODUL 6
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat serta Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada

awal setiap penggal kegiatan, misalnya, pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-lainnya.

Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa agar ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.

Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk menyimpulkan atau mengakhiri kegiatan inti. Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa dan lain-lainnya.

Kegiatan menutup pelajaran dilakukan dengan maksud untuk memusatkan perhatian siswa pada akhir penggal kegiatan atau pada akhir pelajaran, misalnya merangkum atau membuat garis besar materi yang baru saja dibahas, mengkonsolidasikan perhatian siswa pada hal-hal pokok dalam pelajaran yang sudah dipelajari, dan mengorganisasikan semua kegiatan ataupun pelajaran yang telah dipelajari menjadi satu kebulatan yang bermakna untuk memahami esensi pelajaran itu.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran bukanlah kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdoa tetapi kegiatan menyiapkan mental siswa untuk menerima pelajaran.

Komponen-komponen menutup pelajaran terdiri dari (1) meninjau kembali, (2) mengadakan evaluasi penguasaan siswa dan (3) memberikan tindak lanjut.

Penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus berdasarkan prinsip kebermaknaan dan kebersinambungan.

MODUL 7
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri : (1) melibatkan 3 - 9 orang siswa setiap kelompoknya, (2) mempunyai tujuan yang mengikat, (3) berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, dan (4) berlangsung menurut proses yang sistematis.

Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk (1) mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi (2) meningkatkan disiplin, (3) meningkatkan motivasi belajar, (4) mengembangkan sikap saling membantu, dan (5) meningkatkan pemahaman.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil mencakup (1) memusatkan perhatian siswa, (2) memperjelas pendapat siswa, (3) menganalisis pandangan siswa, (4) meningkatkan kontribusi siswa, (5) mendistribusikan pandangan siswa, dan (6) menutup diskusi. Dalam penerapannya, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan di antara para anggota kelompok, (2) semua anggota diskusi kelompok harus mampu mengemukakan pendapatnya secara lisan, (3) topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pendapat, (4) diskusi harus berlangsung dalam suasana keterbukaan, (5) pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan kelemahan-kelemahannya, (6) diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan (7) guru harus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat menghambat jalannya diskusi.

MODUL 8
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Pengelolaan Kelas

1. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
2. Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
3. Secara garis besar terdapat 2 komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
1. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar dan,
2. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal.
4. Ada 6 prinsip yang perlu di pelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip-prinsip ini tidak bisa digunakan satu persatu saja tetapi harus bervariasi artinya lebih dari satu prinsip. Hal-hal yang harus di perhatikanan guru dalam memilih prinsip-prinsip pengelolaan kelas ini adalah (1) situasi dan kondisi di mana pembelajaran tersebut berlangsung, (2) pada siapa proses pembelajaran tersebut ditujukan

Kegiatan Belajar 2
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas

1. Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah (1) memelihara lingkungan fisik kelas (2) mengarahkan/membimbing proses intelektual dan sosial siswa di dalam kelas dan (3) mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif. Sedangkan tugas-tugas guru dalam mengelola kelas adalah (1) sebagai manajer (2) sebagai pendidik dan (3) sebagai pengajar.
2. Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efisiendan efektif. Kendala ini bisa datang dari guru, bisa juga dari siswa dan bisa juga dari faktor lingkungan.
3. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu (1) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa (2) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti dengan tiba-tiba. (3) hindari ketidak tepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan artinya guru harus tepat waktu (4) guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan disiplin diri siswa dan (5) berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele atau mengulang-ulang penjelasan karena dapat menimbulkan kebosanan.

MODUL 9
INTERAKSI EDUKATIF

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Interaksi Edukatif

1. Interaksi dalam proses pembelajaran merupakan kata kunci menuju keberhasilan suatu proses pembelajaran.
2. Ada 2 (dua) bentuk komunikasi agar tercipta interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yaitu (1) komunikasi verbal dan (2) komunikasi non verbal.
3. Timbulnya interaksi dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor-faktor (1) guru (2) siswa (3) tujuan pembelajaran (4) materi/isi pelajaran (5) metode penyajian (6) media yang digunakan dan (7) situasi dan kondisi kelas (8) sistem evaluasi

Kegiatan Belajar 2
Pola Interaksi

1. Ada 3 bentuk utama pola interaksi yaitu terjadi dalam proses pembelajaran yaitu (1) klasikal, (2) kelompok dan (3) individu.
2. Pola interaksi yang diterapkan oleh guru di kelas sangat menentukan/dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa menurut Ausebel ditentukan oleh kebermaknaan isi/materi serta proses pembelajaran dan modus kegiatan pembelajaran tersebut.
3. Ada 3 kiat bagi guru untuk menimbulkan interaksi edukatif dalam proses pembelajaran yaitu (1) mengadakan kontak pandang mata (2) melakukan gerakan badan dan mimik dan (3) pergantian posisi dan gerak

MODUL 10
PENATAAN KELAS

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Penataan Kelas

1. Pengaturan dan penataan kelas mencakup: (1) pengaturan siswa, (2) lingkungan fisik dan (3) penggunaan ruangan, serta (4) pemanfaatan sumber belajar yang berasal dari lingkungan karena itus setiap guru dituntut untuk tampil dan kreatif serta peka terhadap suasana kelasnya.
2. Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi basis belajar siswa, dan pencapaian tujuan pembelajaran keefektifan lingkungan kelas dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal dalam pengelolaan kelas seperti (1) jumlah siswa dan (2) besarnya ruang kelas.

Kegiatan Belajar 2
Ruang Kelas

1. Ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh guru bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran.
2. Ciri-ciri produktif
1. memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa serta antara siswa sendiri.
2. tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
3. sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat terjaga dengan baik.
4. memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa maupun dengan gurunya.
5. kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
6. dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam pengelolaan kelas.
7. dapat mencapai hasil yang optimal.
3. Ruang kelas secara tidak langsung mempengaruhi tumbuh kembangnya siswa baik fisik maupun mental, intelektual, emosional dan sosialnya. Karena itu guru harus memperhatikan bagaimana menata fasilitas dan perabot kelas sehingga akan dapat aman, nyaman dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.

MODUL 11
PERMASALAHAN KELOMPOK: DISIPLIN, HUKUMAN DAN MOTIVASI

Kegiatan Belajar 1
Disiplin

Ada permasalahan utama yang harus diperhatikan guru dalam sistem pembelajaran kelompok yaitu (1) disiplin (2) hukuman dan (3) motivasi. Penerapan disiplin di kelas/sekolah untuk membekali anak dengan batasan-batasan yang berlaku di lingkungan sosial di mana ia berada. Setiap guru harus menguasai benar masalah disiplin ini mulai dari bentuknya, taraf perkembangannya, komponen utamanya, jenis-jenis masalah displin di kelas serta pembinaan disipilin terhadap siswanya di kelas.

Kegiatan Belajar 2
Hukuman dan Motivasi

1. Makna sesungguhnya dari hukuman adalah dihukum karena telah melakukan kesalahan. Pemberian hukum ini dapat dipandang sebagai menghentikan perilaku anak yang tidak baik dan pemberian hukuman ini menimbulkan dampak yang tidak baik antara guru dan siswa.
2. Agar pemberian hukum efektif maka harus dikaitkan dengan pemberian kegiatan baik penguatan positif maupun negatif.
3. Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan secara otomatis juga menunjang keberhasilan guru dalam mengelola proses pembelajaran, karena itu setiap guru perlu mengenal setiap siswanya dengan baik agar dapat dengan tepat memberikan perlakuan kepada setiap siswa.
4. Memotivasi anak dalam belajar berbeda-beda dan perlu diingat bahwa motivasi berprestasi sangat berkaitan dengan keberhasilan anak didik dalam belajar.

MODUL 12
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan

Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.

Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam memantau pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.

Kegiatan Belajar 2
Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari:

1. keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:

1. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
2. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
3. merespon secara positif pendapat siswa,
4. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
5. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
6. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
7. berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.

2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:

1. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
2. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
3. membentuk kelompok yang tepat,
4. mengkoordinasikan kegiatan,
5. membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
6. mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.

3. keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan cara:

1. memberi penguatan secara tepat,
2. melaksanakan supervisi proses awal,
3. melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
4. melaksanakan supervisi pemaduan.

4. keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:

1. membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
2. merancang kegiatan belajar,
3. bertindak sebagai penasihat siswa, serta
4. membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri.

Ketrampilan Dasar Mengajar

Edi Soegito
Yuliani Nurani

Melalui mata kuliah ini mahasiswa akan mampu menerapkan keterampilan-keterampilan dasar mengajar dalam konteks pembelajaran di kelas. Dalam mata kuliah ini mahasiswa akan mengkaji keterampilan-keterampilan yang merupakan perangkat kemampuan dasar mengajar dan berlatih menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Topik yang di bahas dalam mata kuliah ini adalah keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta mengajar kelompok kecil dan perorangan.
pembelian online: http://ebook.ut.ac.id/

Tinjauan Mata Kuliah
Mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar yang berbobot 4 SKS mengajak Anda untuk mengkaji keterampilan-keterampilan yang merupakan perangkat kemampuan dasar mengajar. Ada delapan keterampilan dasar mengajar yang harus Anda kuasai dengan baik, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kajian kemampuan dasar mengajar sangat bermanfaat bagi Anda sebagai guru atau pelatih yang mempunyai tugas membelajarkan subjek didik. Dalam kaitannya sebagai pembelajar atau orang yang membelajarkan, Anda dituntut untuk mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien sehingga pihak yang belajar atau pebelajar dapat belajar secara optimal dan bermakna. Penguasaan terhadap kemampuan dasar mengajar juga mempunyai kaitan yang erat dengan mata kuliah keguruan lainnya, terutama dengan mata kuliah Pemantapan Kemampuan Mengajar (PKM). Dalam praktik PKM, penguasaan terhadap kemampuan dasar mengajar diaktualisasikan secara terpadu sesuai dengan mata pelajaran atau bidang studi yang Anda ampu di kelas.
Berdasarkan uraian di atas, dapatlah ditentukan tujuan yang ingin dicapai setelah Anda mengikuti mata kuliah ini, yaitu Anda diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dasar mengajar Anda dalam mengelola pembelajaran mata pelajaran atau bidang studi yang Anda ampu.
Untuk mempermudah cara belajar Anda, materi mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar ini disajikan dalam dua belas modul yang dirinci sebagai berikut:
Modul 1 : Keterampilan Bertanya
Modul 2 : Teknik Bertanya
Modul 3 : Keterampilan Memberi Penguatan
Modul 4 : Keterampilan Mengadakan Variasi
Modul 5 : Keterampilan Menjelaskan
Modul 6 : Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Modul 7 : Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Modul 8 : Keterampilan Mengelola Kelas
Modul 9 : Interaksi Edukatif
Modul 10: Penataan Kelas
Modul 11: Permasalahan Kelas
Modul 12: Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Agar tujuan yang sudah ditetapkan itu dapat Anda capai dengan baik, pelajarilah setiap modul di atas dengan cermat sesuai dengan petunjuk yang ada di dalamnya. Untuk mengetahui sampai berapa jauh pemahaman Anda terhadap modul yang telah Anda pelajari itu, kerjakan latihan dan tes formatif yang tersedia dengan sungguh-sungguh. Anda pasti berhasil apabila niat belajar Anda diaktualisasikan dengan baik dan sungguh-sungguh dalam mempelajari mata kuliah ini.
Selain itu, ada latihan-latihan yang harus Anda kerjakan sebagai tugas yang hasilnya harus Anda kirimkan ke UT Pusat. Pengerjaan tugas-tugas tersebut harus Anda lakukan dengan penuh rasa tanggung jawab sebab nilai UAS Anda untuk mata kuliah Kemampuan Dasar mengajar ini tidak akan diproses apabila Anda tidak mengerjakan tugas-tugas ini dan mengirimkan hasilnya ke UT Pusat.
Adapun rincian tugas-tugas yang harus Anda kerjakan adalah sebagai berikut.

Kumpulkan tugas-tugas tersebut di atas menjadi satu bundel. Kirimkan ke alamat berikut paling lambat empat minggu sebelum Anda menempuh UAS mata kuliah Kemampuan Dasar Mengajar:

Ketua Program Akta Mengajar
FKIP Universitas Terbuka
Jalan Cabe Raya
Pondok Cabe
Ciputat
Tangerang 15418

Paket bahan ajar ini sebagai informasi tambahan terdiri dari modul dan program video.
Selamat Belajar!!



Rangkuman Mata Kuliah

MODUL 1
KETERAMPILAN BERTANYA

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Keterampilan Bertanya

Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah.

Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.

Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.

Kegiatan Belajar 2
Bertanya Dasar dan Bertanya Lanjut

Pada hakikatnya melalui bertanya kita akan mengetahui dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui. Dikaitkan dengan proses pembelajaran maka kegiatan bertanya jawab antara guru dan siswa, atara siswa ini menunjukan adanya ineraksi dikelas yang di dinamis dan multi arah.

Kegiatan bertanya akan lebih efektif bila pertanyaan yang diajukan cukup berbobot, mudah dimengerti atau relevan dengan topik yang dibicarakan. Tujuan guru mengajukan pertanyaan (1) mengembangkan pendekatan CBSA (2) menimbulkan rasa keingintahuan (3) merangsang fungsi berpikir (4) mengembangkan keterampilan berpikir (5) memfokuskan perhatian siswa (6) menstruktur tugas yang akan diberikan (7) mendiagnosis kesulitan belajar siswa (8) menkomunikasikan harapan yang diinginkan oleh guru dari siswanya (9) merangsang terjadinya diskusi dan memperlihatkan perhatian terhadap gagasan dan terapan siswa sebagai subjek didik.

Keterampilan bertanya ini mutlak harus dikuasai oleh guru baik itu guru pemula maupun yang sudah profesional karena dengan mengajukan pertanyaan baik guru maupun siswa akan mendapatkan umpan balik dari materi serta juga dapat menggugah perhatian siswa atau peserta didik.

MODUL 2
TEKNIK BERTANYA

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Teknik Bertanya

Yang dimaksud dengan teknik bertanya adalah sejumlah cara yang dapat digunakan oleh kita sebagai guru untuk mengajukan pertanyaan kepada peserta didiknya dengan memperhatikan karakteristik dan latar belakang peserta didik.

Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang, peserta didik akan terangsang untuk berimajinasi sehingga dapat mengembangkan gagasan-gagasan barunya.

Pertanyaan yang baik memiliki kriteria-kriteria khusus seperti: jelas, informasi yang lengkap, terfokus pada satu masalah, berikan waktu yang cukup, sebarkan terlebih dahulu pertanyaan kepada seluruh siswa, berikan respon yang menyenangkan sesegera mungkin dan yang terakhir tuntunlah jawaban siswa sampai ia menemukan jawaban sendiri.

Kegiatan Belajar 2
Pertanyaan

Ada 4 jenis pertanyaan yang dapat kita gunakan dalam melaksanakan tugas pembelajaran (1) pertanyaan permintaan (2) pertanyaan mengarahkan atau menuntun dan (3) pertanyaan yang bersifat menggali serta (4) pertanyaan retoris. Selain itu ada juga pertanyaan inventori yang terdiri dari 3 jenis yaitu (1) pertanyaan yang mengungkap perasaan dan pikiran (2) pertanyaan yang menggiring siswa untuk mengidentifikasi pola-pola perasaan pikiran dan perbuatan dan (3) pertanyaan yang menggiring peserta didik untuk mengidentifikasi akibat-akibat dari perasaan, pikiran dan perbuatan. Pertanyaan-pertanyaan berguna untuk memacu gagasan peserta didik misalnya dalam hal memancing gagasan/ide peserta didik dalam memecahkan masalah.

MODUL 3
KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Penguatan

Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku itu. Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara verbal dan nonverbal. Penguatan verbal merupakan penghargaan yang dinyatakan dengan lisan, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan mimik, gerakan tubuh, pemberian sesuatu, dan lain-lainnya. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak meny enangkan.

Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara iklim belajar yang kondusif.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Memberi Penguatan

Teknik pemberian penguatan dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah pemberian penguatan yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa tubuh (body language). Penggunaan kedua bentuk penguatan itu dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan lebih bermakna.

Penggunaan penguatan dalam kaitannya dengan kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan iklim kelas yang kondusif sehingga siswa dapat belajar secara optimal. Penguatan dengan maksud seperti itu terdiri dari penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif berupa pemberian ganjaran untuk merspons perilaku siswa yang sesuai dengan harapan guru sehingga ia tetap merasa senang mengikuti pelajaran di kelas. Penguatan negatif berupa penghentian keadaan yang kurang menyenangkan sehingga siswa merasa terbebas dari keadaan seperti itu.

Agar memberi pengaruh yang efektif, semua bentuk penguatan harus diberikan dengan memperhatikan siapa sasarannya dan bagaimana teknik pelaksanaannya. Di samping itu juga perlu diingat bahwa penguatan harus diberikan dengan hangat dan penuh semangat, harus bermakna bagi siswa, dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak pada tempatnya.

MODUL 4
KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Variasi Dalam kegiatan pembelajaran

Variasi mengandung makna perbedaan. Dalam kegiatan pembelajaran, pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru, yang disengaja ataupun secara spontan, yang dimaksudkan untuk memacu dan mengikat perhatian siswa selama pelajaran berlangsung. Tujuan utama guru mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran untuk mengurangi kebosanan siswa sehingga perhatian mereka terpusat pada pelajaran.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinip-prinsip Keterampilan Mengadakan Variasi

Keterampilan mengadakan variasi terdiri dari tiga kelompok pokok, yaitu variasi gaya mengajar, variasi pengalihan penggunaan indra, dan variasi pola interaksi. Variasi gaya mengajar meliputi suara jeda, pemusatan, gerak dan kontak pandang. Variasi pengalihan penggunaan indra dapat dilakukan dengan pemanipulasian indra pendengar, penglihatan, pencium, peraba dan perasa. Komponen variasi ini erat kaitannya dengan variasi penggunaan media atau alat bantu pembelajaran. Variasi pola interaksi mencakup pola hubungan guru dan siswa.

Penerapan keterampilan mengadakan variasi harus dilandasi dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, sesuai dengan materi dan latar belakang sosial budaya serta kemampuan siswa, berlangsung secara berkesinambungan, serta dilakukan secara wajar dan terencana.

MODUL 5
KETERAMPILAN MENJELASKAN

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Menjelaskan

Pengertian menjelaskan dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran mengacu kepada perbuatan mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya siswa dengan mudah dapat memahaminya.

Pentingnya penguasaan keterampilan menjelaskan bagi guru adalah dengan penguasaan ini memungkinkan guru dapat meningkatkan efektivitas penggunaan waktu dan penyajian penjelasannya, mengestimasi tingkat pemahaman siswa, membantu siswa memperluas cakrawala pengetahuannya, serta mengatasi kelangkaan buku sebagai sarana dan sumber belajar.

Kegiatan menjelaskan dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, prosedur, dan sebagainya secara objektif, membimbing siswa memahami pertanyaan, meningkatkan keterlibatan siswa, memberi siswa kesempatan untuk menghayati proses penalaran serta memperoleh balikan tentang pemahaman siswa.

Kegiatan Belajar 2
Komponen-komponen dan Prinsip-Prinsip Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan merencanakan penjelasan mencakup (a) isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai dengan contoh-contoh dan (b) hal-hal yang berkaitan dengan siswa.

Keterampilan menyajikan penjelasan mencakup (a) kejelasan, (b) penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif dan deduktif (c) pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting, serta (d) balikan.

Penyajian penjelasan harus didasari prinsip-prinsip (a) adanya relevansi antara penjelasan dengan tujuan pembelajaran, (b) sesuai dengan keperluan, (c) mengingat latar belakang dan kemampuan siswa, (d) diberikan secara spontan atau sesuai dengan rencana yang telah disiapkan, dan (e) isi penjelasan bermakna bagi siswa.

MODUL 6
KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat serta Tujuan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk mengaitkan pengalaman siswa dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian siswa tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka. Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan pada awal pelajaran saja melainkan juga pada

awal setiap penggal kegiatan, misalnya, pada saat memulai kegiatan tanya jawab, mengenalkan konsep baru, memulai kegiatan diskusi, mengawali pengerjaan tugas, dan lain-lainnya.

Kegiatan membuka pelajaran dimaksudkan untuk menyiapkan mental siswa agar ikut merasa terlibat memasuki persoalan yang akan dibahas dan memicu minat serta pemusatan perhatian siswa pada materi pelajaran yang akan dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran.

Menutup pelajaran merupakan kegiatan dan pernyataan guru untuk menyimpulkan atau mengakhiri kegiatan inti. Menutup pelajaran juga dapat dilakukan pada akhir setiap penggal kegiatan, misalnya mengakhiri kegiatan diskusi, tanya jawab, menindaklanjuti pekerjaan rumah yang telah dikerjakan siswa dan lain-lainnya.

Kegiatan menutup pelajaran dilakukan dengan maksud untuk memusatkan perhatian siswa pada akhir penggal kegiatan atau pada akhir pelajaran, misalnya merangkum atau membuat garis besar materi yang baru saja dibahas, mengkonsolidasikan perhatian siswa pada hal-hal pokok dalam pelajaran yang sudah dipelajari, dan mengorganisasikan semua kegiatan ataupun pelajaran yang telah dipelajari menjadi satu kebulatan yang bermakna untuk memahami esensi pelajaran itu.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Keterampilan membuka pelajaran bukanlah kegiatan mengabsen siswa, atau meminta siswa berdoa tetapi kegiatan menyiapkan mental siswa untuk menerima pelajaran.

Komponen-komponen menutup pelajaran terdiri dari (1) meninjau kembali, (2) mengadakan evaluasi penguasaan siswa dan (3) memberikan tindak lanjut.

Penerapan keterampilan membuka dan menutup pelajaran harus berdasarkan prinsip kebermaknaan dan kebersinambungan.

MODUL 7
KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL

Kegiatan Belajar 1
Hakikat dan Manfaat Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil merupakan salah satu format pembelajaran yang mempunyai ciri-ciri : (1) melibatkan 3 - 9 orang siswa setiap kelompoknya, (2) mempunyai tujuan yang mengikat, (3) berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, dan (4) berlangsung menurut proses yang sistematis.

Diskusi kelompok kecil bermanfaat bagi siswa untuk (1) mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi (2) meningkatkan disiplin, (3) meningkatkan motivasi belajar, (4) mengembangkan sikap saling membantu, dan (5) meningkatkan pemahaman.

Kegiatan Belajar 2
Komponen dan Prinsip-prinsip Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Komponen keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil mencakup (1) memusatkan perhatian siswa, (2) memperjelas pendapat siswa, (3) menganalisis pandangan siswa, (4) meningkatkan kontribusi siswa, (5) mendistribusikan pandangan siswa, dan (6) menutup diskusi. Dalam penerapannya, guru harus memperhatikan hal-hal berikut: (1) harus ada kesamaan latar belakang pengetahuan di antara para anggota kelompok, (2) semua anggota diskusi kelompok harus mampu mengemukakan pendapatnya secara lisan, (3) topik yang dibahas harus bersifat terbuka untuk menampung banyak pendapat, (4) diskusi harus berlangsung dalam suasana keterbukaan, (5) pelaksanaan diskusi harus mengingat keunggulan dan kelemahan-kelemahannya, (6) diskusi memerlukan perencanaan dan persiapan yang matang, dan (7) guru harus mampu mencegah timbulnya hal-hal yang dapat menghambat jalannya diskusi.

MODUL 8
KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Pengelolaan Kelas

1. Pengelolaan kelas adalah seperangkat kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan, mengulang atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan, dengan hubungan-hubungan inter personal dan iklim sosio emosional yang positif serta mengembangkan dan mempermudah organisasi kelas yang efektif.
2. Tujuan guru mengelola kelas adalah agar semua siswa yang ada di dalam kelas dapat belajar dengan optimal dan mengatur sarana pembelajaran serta mengendalikan suasana belajar yang menyenangkan untuk mencapai tujuan belajar.
3. Secara garis besar terdapat 2 komponen utama dalam pengelolaan kelas yaitu:
1. Keterampilan yang berhubungan dengan tindakan preventif berupa penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar dan,
2. Keterampilan yang berkembang dengan tindakan kreatif berupa pengembalian kondisi belajar yang optimal.
4. Ada 6 prinsip yang perlu di pelajari dan dikuasai oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip-prinsip ini tidak bisa digunakan satu persatu saja tetapi harus bervariasi artinya lebih dari satu prinsip. Hal-hal yang harus di perhatikanan guru dalam memilih prinsip-prinsip pengelolaan kelas ini adalah (1) situasi dan kondisi di mana pembelajaran tersebut berlangsung, (2) pada siapa proses pembelajaran tersebut ditujukan

Kegiatan Belajar 2
Peran Guru dalam Pengelolaan Kelas

1. Peranan guru dalam pengelolaan kelas adalah (1) memelihara lingkungan fisik kelas (2) mengarahkan/membimbing proses intelektual dan sosial siswa di dalam kelas dan (3) mampu memimpin kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif. Sedangkan tugas-tugas guru dalam mengelola kelas adalah (1) sebagai manajer (2) sebagai pendidik dan (3) sebagai pengajar.
2. Dalam mengelola kelas sering ditemui kendala-kendala yang dapat menghambat terjadinya proses pembelajaran yang efisiendan efektif. Kendala ini bisa datang dari guru, bisa juga dari siswa dan bisa juga dari faktor lingkungan.
3. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang kondusif selain menerapkan prinsip-prinsip pengelola juga kiat-kiat untuk mengatasi kendala tersebut yaitu (1) guru tidak boleh campur tangan yang berlebihan terhadap siswa (2) guru jangan sampai kehilangan konsentrasi yang dapat menimbulkan kesenyapan atau pembicaraan terhenti dengan tiba-tiba. (3) hindari ketidak tepatan menandai dan mengakhiri suatu kegiatan artinya guru harus tepat waktu (4) guru harus dapat mengelola waktu, baru hal ini dapat menimbulkan penyimpangan yang berkaitan dengan disiplin diri siswa dan (5) berilah penjelasan yang jelas, sederhana, sistematis dan tidak bertele-tele atau mengulang-ulang penjelasan karena dapat menimbulkan kebosanan.

MODUL 9
INTERAKSI EDUKATIF

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Interaksi Edukatif

1. Interaksi dalam proses pembelajaran merupakan kata kunci menuju keberhasilan suatu proses pembelajaran.
2. Ada 2 (dua) bentuk komunikasi agar tercipta interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran yaitu (1) komunikasi verbal dan (2) komunikasi non verbal.
3. Timbulnya interaksi dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor-faktor (1) guru (2) siswa (3) tujuan pembelajaran (4) materi/isi pelajaran (5) metode penyajian (6) media yang digunakan dan (7) situasi dan kondisi kelas (8) sistem evaluasi

Kegiatan Belajar 2
Pola Interaksi

1. Ada 3 bentuk utama pola interaksi yaitu terjadi dalam proses pembelajaran yaitu (1) klasikal, (2) kelompok dan (3) individu.
2. Pola interaksi yang diterapkan oleh guru di kelas sangat menentukan/dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu keaktifan siswa menurut Ausebel ditentukan oleh kebermaknaan isi/materi serta proses pembelajaran dan modus kegiatan pembelajaran tersebut.
3. Ada 3 kiat bagi guru untuk menimbulkan interaksi edukatif dalam proses pembelajaran yaitu (1) mengadakan kontak pandang mata (2) melakukan gerakan badan dan mimik dan (3) pergantian posisi dan gerak

MODUL 10
PENATAAN KELAS

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Penataan Kelas

1. Pengaturan dan penataan kelas mencakup: (1) pengaturan siswa, (2) lingkungan fisik dan (3) penggunaan ruangan, serta (4) pemanfaatan sumber belajar yang berasal dari lingkungan karena itus setiap guru dituntut untuk tampil dan kreatif serta peka terhadap suasana kelasnya.
2. Penataan lingkungan fisik yang efektif sangat mempengaruhi basis belajar siswa, dan pencapaian tujuan pembelajaran keefektifan lingkungan kelas dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas minimal dalam pengelolaan kelas seperti (1) jumlah siswa dan (2) besarnya ruang kelas.

Kegiatan Belajar 2
Ruang Kelas

1. Ruang kelas adalah kondisi fisik kelas yang akan digunakan oleh guru bersama dengan siswanya dalam aktifitas pembelajaran.
2. Ciri-ciri produktif
1. memungkinkan terjadinya interaksi yang dinamis antara guru dan siswa serta antara siswa sendiri.
2. tugas-tugas siswa dapat diselesaikan tepat pada waktunya
3. sportifitas, kreatifitas dan antusias siswa yang tinggi dapat terjaga dengan baik.
4. memungkinkan terjadinya kerjasama yang solid antara siswa maupun dengan gurunya.
5. kesadaran yang tinggi untuk berdisiplin
6. dapat meminimalisasi masalah atau hambatan dalam pengelolaan kelas.
7. dapat mencapai hasil yang optimal.
3. Ruang kelas secara tidak langsung mempengaruhi tumbuh kembangnya siswa baik fisik maupun mental, intelektual, emosional dan sosialnya. Karena itu guru harus memperhatikan bagaimana menata fasilitas dan perabot kelas sehingga akan dapat aman, nyaman dan kreatif selama proses pembelajaran berlangsung.

MODUL 11
PERMASALAHAN KELOMPOK: DISIPLIN, HUKUMAN DAN MOTIVASI

Kegiatan Belajar 1
Disiplin

Ada permasalahan utama yang harus diperhatikan guru dalam sistem pembelajaran kelompok yaitu (1) disiplin (2) hukuman dan (3) motivasi. Penerapan disiplin di kelas/sekolah untuk membekali anak dengan batasan-batasan yang berlaku di lingkungan sosial di mana ia berada. Setiap guru harus menguasai benar masalah disiplin ini mulai dari bentuknya, taraf perkembangannya, komponen utamanya, jenis-jenis masalah displin di kelas serta pembinaan disipilin terhadap siswanya di kelas.

Kegiatan Belajar 2
Hukuman dan Motivasi

1. Makna sesungguhnya dari hukuman adalah dihukum karena telah melakukan kesalahan. Pemberian hukum ini dapat dipandang sebagai menghentikan perilaku anak yang tidak baik dan pemberian hukuman ini menimbulkan dampak yang tidak baik antara guru dan siswa.
2. Agar pemberian hukum efektif maka harus dikaitkan dengan pemberian kegiatan baik penguatan positif maupun negatif.
3. Motivasi merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan secara otomatis juga menunjang keberhasilan guru dalam mengelola proses pembelajaran, karena itu setiap guru perlu mengenal setiap siswanya dengan baik agar dapat dengan tepat memberikan perlakuan kepada setiap siswa.
4. Memotivasi anak dalam belajar berbeda-beda dan perlu diingat bahwa motivasi berprestasi sangat berkaitan dengan keberhasilan anak didik dalam belajar.

MODUL 12
KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN

Kegiatan Belajar 1
Hakikat Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan

Mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan bentuk mengajar klasikal biasa yang memungkinkan guru dalam waktu yang sama menghadapi beberapa kelompok kecil yang belajar secara kelompok dan beberapa orang siswa yang bekerja atau belajar secara perorangan. Format mengajar ini ditandai oleh adanya hubungan interpersonal yang lebih akrab dan sehat antara guru dengan siswa, adanya kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kemampuan, minat, cara, dan kecepatannya, adanya bantuan dari guru, adanya keterlibatan siswa dalam merancang kegiatan belajarnya, serta adanya kesempatan bagi guru untuk memainkan berbagai peran dalam kegiatan pembelajaran.

Setiap guru dapat menciptakan format pengorganisasian siswa untuk kegiatan pembelajaran kelompok kecil dan perorangan sesuai dengan tujuan, topik (materi), kebutuhan siswa, serta waktu dan fasilitas yang tersedia. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan perlu dikuasai guru karena penerapannya dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa yang berbeda-beda. Selain itu, pembelajaran kelompok kecil dan perorangan memberi kemungkinan terjadinya hubungan interpersonal yang sehat antara guru dengan siswa, terjadinya proses saling belajar antara siswa yang satu dengan lainnya, memudahkan guru dalam memantau pemerolehan belajar siswa, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dapat menumbuhkembangkan semangat saling membantu, serta memungkinkan guru dapat mencurahkan perhatiannya pada cara belajar siswa tertentu sehingga dapat menemukan cara pendekatan belajar yang sesuai bagi siswa tersebut.

Kegiatan Belajar 2
Komponen Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan

Komponen keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan terdiri dari:

1. keterampilan mengadakan pendekatan pribadi, yang ditampilkan dengan cara:

1. menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa,
2. mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa,
3. merespon secara positif pendapat siswa,
4. membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai,
5. menunjukkan kesiapan untuk membantu,
6. menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta
7. berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya.

2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:

1. memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya,
2. memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar,
3. membentuk kelompok yang tepat,
4. mengkoordinasikan kegiatan,
5. membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta
6. mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.

3. keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar, yang ditampilkan dengan cara:

1. memberi penguatan secara tepat,
2. melaksanakan supervisi proses awal,
3. melaksanakan supervisi proses lanjut, serta
4. melaksanakan supervisi pemaduan.

4. keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, yang ditampilkan dengan cara:

1. membantu siswa menetapkan tujuan belajar,
2. merancang kegiatan belajar,
3. bertindak sebagai penasihat siswa, serta
4. membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri.

Metode Pengajaran

Dalam teknologi pengajaran kita mengenal berbagai metode pengajaran antara lain: metode ceramah, tanya jawab, diskusi kelas, studi kasus, role game, simulasi, drama dan psycho drama, dsb. Di Learnit kami menerapkan metode yang paling tepat sesuai sasaran topik bahasan. Pada umumnya metode ceramah untuk memperkenalkan konsep mengambil porsi 25%, sedangkan diskusi kelas, studi kasus, dan simulasi mencapai 60%, sisanya menggunakan pengembangan metode kontigensi sesuai kebutuhan sasaran bahasan. Komposisi ini sebenarnya tidak mutlak, karena pada beberapa modul justru pembahasan soal ujian mengambil porsi terbesar. Misalnya Modul MCSE BootCAMP dan CCNA BootCAMP pembahasan soal ujian bahkan mencapai 65%. Ini semua tergantung pada sasaran modul tersebut. Intinya adalah penerapan metode pengajaran yang paling efektif, tergantung pada target materi atau pokok bahasan tersebut. Kami memahami benar prinsip ini.

Metode Pengajaran

Dalam teknologi pengajaran kita mengenal berbagai metode pengajaran antara lain: metode ceramah, tanya jawab, diskusi kelas, studi kasus, role game, simulasi, drama dan psycho drama, dsb. Di Learnit kami menerapkan metode yang paling tepat sesuai sasaran topik bahasan. Pada umumnya metode ceramah untuk memperkenalkan konsep mengambil porsi 25%, sedangkan diskusi kelas, studi kasus, dan simulasi mencapai 60%, sisanya menggunakan pengembangan metode kontigensi sesuai kebutuhan sasaran bahasan. Komposisi ini sebenarnya tidak mutlak, karena pada beberapa modul justru pembahasan soal ujian mengambil porsi terbesar. Misalnya Modul MCSE BootCAMP dan CCNA BootCAMP pembahasan soal ujian bahkan mencapai 65%. Ini semua tergantung pada sasaran modul tersebut. Intinya adalah penerapan metode pengajaran yang paling efektif, tergantung pada target materi atau pokok bahasan tersebut. Kami memahami benar prinsip ini.

Komponen CTL

TUJUH KOMPONEN CTL

1. KONSTRUKTIVISME (CONSTRUKTIVISM)



Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar, itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses "menkonstruksi" bukan "menerima" pengetahuan. dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, straegi "memperoleh" lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan :

(1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan

(3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengelaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara , yaitu asimilasi atau akomodasi. asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.

Lalu bagaimanakah penerapannya di kelas? Bagaiamakah cara merealisasikannya pada kelas-kelas di sekolah kita?

Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya. Mari kita kembangkan cara-cara tersebut lebih banyak dan lebih banyak lagi!

2. MENEMUKAN (INQUIRY)



Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai adanya dua jenis binatang melata, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan "menurut buku"

Siklus inkuiri :

*

Obsevasi (Observation)
*

Bertanya (questioning)
*

Mengajukan dugaan (Hyphotesis)
*

Pengumpulan data (Data gathering)
*

Penyimpulan (Conclussion)

Apakah hanya pada pelajaran IPA inkuiry itu bisa bias diterapkan? Jawabanya, tentu "Tidak". Inkuiri dapat diterapkan pada semua bidang studi; bahasa Indonesia (menemukan cara menulis pragraph deskripsi yang indah); IPS (membuat sendiri bagan silsilah raja-raja Majapahit); PPKN (menemukan perilaku baikdan perilaku buruk sebagai warga Negara). kata kunci dari strategi inkuiri adalah "siswa menemukan sendiri"

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :

(1). Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)

*

Bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit (dalam mata pelajaran sejarah)
*

Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai Kendari (bahasa Indonesia)?
*

Ada berapa jenis tumbuham menurut bentuk bijinya (biologi)
*

Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi)

(2). Mengamati atau observasi

*

Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
*

Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.

(3). Menganalsis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan

karya lainnya

*

Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri.
*

Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri.
*

Siswa membuat bagan silsilah raja-raja majapahit sendiri.
*

Siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri
*

Siswa membuat essai atau usulan kepada Pemerintah tentang berbagai masalah di daerahnya sendiri, dst.

(4). Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru,

atau audien yang lain

*

Karya siswa disampaikan teman sekelas, guru, atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan
*

Bertanya jawab dengan teman,
*

Memunculkan ide-ide baru
*

Melakukan refleksi
*

Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

3. BERTANYA (QUESTIONING)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari "bertanya". Sebelum tahu kota Palu, seseorang bertanya "Mana arah kota Palu? Questioning merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek ynag belum diketahuinya,

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

(1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

(2) mengecek pemahaman siswa

(3) membangkitkan respon kepada siswa

(4) mengetahui sejauh mana keinginantahuan siswa

(5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

(6) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

(7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

(8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa



Bagaimanakah penerapannya di kelas? Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan; antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dsb. Kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk "bertanya".



4. MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)



Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya "Bagaimana caranya? tolong bantu aku!" Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka, dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).



Hasil belajar diperoleh dari "sharing" antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat-belajar.



Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang "ahli' ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu. teknisi komputer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.



"Masyarakat-belajar" bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, "Seorang guru yang mengajari siswanya" bukan contoh masyarakat-belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. dalam masyarakat-belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.



Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.



Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik "learning community" sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terujud dalam:

*

Pembentukan kelompok kecil
*

Pembentukan kelompok besar
*

Mendatangkan "ahli' ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)
*

Bekerja dengan kelas sederajat
*

Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
*

Bekerja dengan masyarakat

5. PEMODELAN (MODELLING)



Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebaginya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang "bagaimana cara belajar"



Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Ketika guru mendemonstrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa menagamati guru membaca dan membolak balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajran menemukan kata kunci secar cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci, guru menjadi model.



Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberikan contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa "contoh" tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai "standar" kompetensi yang harus dicapainya.



Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi "model" cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya.



Bagaimanakah contoh praktek pemodelan di kelas?

* Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa.
* Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh itu.
* Guru geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya.
* Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan.
* Guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari Harian Republika, Padang Pos, dsb. sebagai model pembuatan berita.
* Guru kerajinan mendatangkan "model" tukang kayu ke kelas, lalu memintanya untuk bekerja dengan peralatannya, sementara siswa menirunya.

6. REFLEKSI (REFLECTION)



Refleksi juga bagian penting dalam pembelejaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Rfleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung "Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, ya! Mestinya, dengan cara yang baru saya pelajari ini, file komputer lebih tertata".



Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.


Kunci dari semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.


Pada akhir prmbrlajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :

* pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
* catatan atau jurnal di buku siswa
* kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
* diskusi
* hasil karya

7. PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) EBTA/EBTANAS, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Data dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa gar mampu mempelajari (learning how to learn) bukan ditekan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.


Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar bahasa Inggris bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa melakukan kegiatan berbahasa Inggris baik di dalam kelas maupun di luar kelas itulah yang disebut data autentik.


Kemudian belajar dinilai dari proses, biukan melalui hasil. Ketika guru mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah yang memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa asing (bahasa Inggris), siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil ulangan tentang grammarnya. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.


Karakteristik autentic assessment :

* Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
* Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
* Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
* Berkesinambungan
* Terintrgrasi
* Dapat digunakan sebagai feed back

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa :

(1) Proyek/kegiatan dan laporannya
(2) PR
(3) Kuis
(4) Karya Tulis
(5) Presentasi atau penampilan siswa
(6) Demonstrasi
(7) Laporan
(8) Jurnal
(9) Hasil tes tulis
(10) Karya tulis

Intinya, dengan authentic assessment, pertanyaan yang ingin dijawab adalah "Apakah anak-anak belajar?", bukan "Apa yang sudah diketahui?". Jadi, siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Tidak melulu dari hasil ulangan tulis!

Komponen CTL

TUJUH KOMPONEN CTL

1. KONSTRUKTIVISME (CONSTRUKTIVISM)



Konstruktivisme (constructivisvism) merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar, itu pembelajaran harus dikemas menjadi proses "menkonstruksi" bukan "menerima" pengetahuan. dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berfikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, straegi "memperoleh" lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan :

(1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan

(3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengelaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara , yaitu asimilasi atau akomodasi. asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.

Lalu bagaimanakah penerapannya di kelas? Bagaiamakah cara merealisasikannya pada kelas-kelas di sekolah kita?

Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya. Mari kita kembangkan cara-cara tersebut lebih banyak dan lebih banyak lagi!

2. MENEMUKAN (INQUIRY)



Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai adanya dua jenis binatang melata, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan "menurut buku"

Siklus inkuiri :

*

Obsevasi (Observation)
*

Bertanya (questioning)
*

Mengajukan dugaan (Hyphotesis)
*

Pengumpulan data (Data gathering)
*

Penyimpulan (Conclussion)

Apakah hanya pada pelajaran IPA inkuiry itu bisa bias diterapkan? Jawabanya, tentu "Tidak". Inkuiri dapat diterapkan pada semua bidang studi; bahasa Indonesia (menemukan cara menulis pragraph deskripsi yang indah); IPS (membuat sendiri bagan silsilah raja-raja Majapahit); PPKN (menemukan perilaku baikdan perilaku buruk sebagai warga Negara). kata kunci dari strategi inkuiri adalah "siswa menemukan sendiri"

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri) :

(1). Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)

*

Bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit (dalam mata pelajaran sejarah)
*

Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai Kendari (bahasa Indonesia)?
*

Ada berapa jenis tumbuham menurut bentuk bijinya (biologi)
*

Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi)

(2). Mengamati atau observasi

*

Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.
*

Mengamati dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau objek yang diamati.

(3). Menganalsis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan

karya lainnya

*

Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri.
*

Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri.
*

Siswa membuat bagan silsilah raja-raja majapahit sendiri.
*

Siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri
*

Siswa membuat essai atau usulan kepada Pemerintah tentang berbagai masalah di daerahnya sendiri, dst.

(4). Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru,

atau audien yang lain

*

Karya siswa disampaikan teman sekelas, guru, atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan
*

Bertanya jawab dengan teman,
*

Memunculkan ide-ide baru
*

Melakukan refleksi
*

Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

3. BERTANYA (QUESTIONING)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari "bertanya". Sebelum tahu kota Palu, seseorang bertanya "Mana arah kota Palu? Questioning merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek ynag belum diketahuinya,

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

(1) menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

(2) mengecek pemahaman siswa

(3) membangkitkan respon kepada siswa

(4) mengetahui sejauh mana keinginantahuan siswa

(5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

(6) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

(7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

(8) untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa



Bagaimanakah penerapannya di kelas? Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan; antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dsb. Kegiatan itu akan menumbuhkan dorongan untuk "bertanya".



4. MASYARAKAT BELAJAR (LEARNING COMMUNITY)



Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pensil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya "Bagaimana caranya? tolong bantu aku!" Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka, dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat belajar (learning community).



Hasil belajar diperoleh dari "sharing" antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat-belajar.



Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang "ahli' ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu. teknisi komputer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.



"Masyarakat-belajar" bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah, "Seorang guru yang mengajari siswanya" bukan contoh masyarakat-belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. dalam masyarakat-belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.



Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.



Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik "learning community" sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terujud dalam:

*

Pembentukan kelompok kecil
*

Pembentukan kelompok besar
*

Mendatangkan "ahli' ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)
*

Bekerja dengan kelas sederajat
*

Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
*

Bekerja dengan masyarakat

5. PEMODELAN (MODELLING)



Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggris, dan sebaginya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang "bagaimana cara belajar"



Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Ketika guru mendemonstrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa menagamati guru membaca dan membolak balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajran menemukan kata kunci secar cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci, guru menjadi model.



Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberikan contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa "contoh" tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai "standar" kompetensi yang harus dicapainya.



Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli berbahasa Inggris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk menjadi "model" cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya.



Bagaimanakah contoh praktek pemodelan di kelas?

* Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa.
* Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh itu.
* Guru geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya.
* Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan.
* Guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari Harian Republika, Padang Pos, dsb. sebagai model pembuatan berita.
* Guru kerajinan mendatangkan "model" tukang kayu ke kelas, lalu memintanya untuk bekerja dengan peralatannya, sementara siswa menirunya.

6. REFLEKSI (REFLECTION)



Refleksi juga bagian penting dalam pembelejaran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Rfleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung "Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, ya! Mestinya, dengan cara yang baru saya pelajari ini, file komputer lebih tertata".



Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.


Kunci dari semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.


Pada akhir prmbrlajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa :

* pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
* catatan atau jurnal di buku siswa
* kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
* diskusi
* hasil karya

7. PENILAIAN YANG SEBENARNYA (AUTHENTIC ASSESSMENT)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengindentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir priode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti) EBTA/EBTANAS, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Data dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa gar mampu mempelajari (learning how to learn) bukan ditekan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.


Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar bahasa Inggris bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa melakukan kegiatan berbahasa Inggris baik di dalam kelas maupun di luar kelas itulah yang disebut data autentik.


Kemudian belajar dinilai dari proses, biukan melalui hasil. Ketika guru mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah yang memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa asing (bahasa Inggris), siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil ulangan tentang grammarnya. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.


Karakteristik autentic assessment :

* Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
* Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif
* Yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
* Berkesinambungan
* Terintrgrasi
* Dapat digunakan sebagai feed back

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa :

(1) Proyek/kegiatan dan laporannya
(2) PR
(3) Kuis
(4) Karya Tulis
(5) Presentasi atau penampilan siswa
(6) Demonstrasi
(7) Laporan
(8) Jurnal
(9) Hasil tes tulis
(10) Karya tulis

Intinya, dengan authentic assessment, pertanyaan yang ingin dijawab adalah "Apakah anak-anak belajar?", bukan "Apa yang sudah diketahui?". Jadi, siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara. Tidak melulu dari hasil ulangan tulis!

Active Learning

1. Pengertian
Pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki. Di samping itu pembelajaran aktif (active learning) juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa/anak didik agar tetap tertuju pada proses pembelajaran.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa perhatian anak didik berkurang bersamaan dengan berlalunya waktu. Penelitian Pollio (1984) menunjukkan bahwa siswa dalam ruang kelas hanya memperhatikan pelajaran sekitar 40% dari waktu pembelajaran yang tersedia. Sementara penelitian McKeachie (1986) menyebutkan bahwa dalam sepuluh menit pertama perthatian siswa dapat mencapai 70%, dan berkurang sampai menjadi 20% pada waktu 20 menit terakhir.
Kondisi tersebut di atas merupakan kondisi umum yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Hal ini menyebabkan seringnya terjadi kegagalan dalam dunia pendidikan kita, terutama disebabkan anak didik di ruang kelas lebih banyak menggunakan indera pendengarannya dibandingkan visual, sehingga apa yang dipelajari di kelas tersebut cenderung untuk dilupakan. Sebagaimana yang diungkapkan Konfucius:
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya lihat, saya ingat
Apa yang saya lakukan, saya paham
Ketiga pernyataan ini menekankan pada pentingnya belajar aktif agar apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak menjadi suatu hal yang sia-sia. Ungkapan di atas sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan anak didik terhadap materi pembelajaran.
Mel Silberman (2001) memodifikasi dan memperluas pernyataan Confucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :
Apa yang saya dengar, saya lupa
Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit
Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai
Ada beberapa alasan yang dikemukakan mengenai penyebab mengapa kebanyakan orang cenderung melupakan apa yang mereka dengar. Salah satu jawaban yang menarik adalah karena adanya perbedaan antara kecepatan bicara guru dengan tingkat kemampuan siswa mendengarkan apa yang disampaikan guru. Kebanyakan guru berbicara sekitar 100-200 kata per menit, sementara anak didik hanya mampu mendengarkan 50-100 kata per menitnya (setengah dari apa yang dikemukakan guru), karena siswa mendengarkan pembicaraan guru sambil berpikir. Kerja otak manusia tidak sama dengan tape recorder yang mampu merekam suara sebanyak apa yang diucapkan dengan waktu yang sama dengan waktu pengucapan. Otak manusia selalu mempertanyakan setiap informasi yang masuk ke dalamnya, dan otak juga memproses setiap informasi yang ia terima, sehingga perhatian tidak dapat tertuju pada stimulus secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan tidak semua yang dipelajari dapat diingat dengan baik.
Penambahan visual pada proses pembelajaran dapat menaikkan ingatan sampai 171% dari ingatan semula. Dengan penambahan visual di samping auditori dalam pembelajaran kesan yang masuk dalam diri anak didik semakin kuat sehingga dapat bertahan lebih lama dibandingkan dengan hanya menggunakan audio (pendengaran) saja. Hal ini disebabkan karena fungsi sensasi perhatian yang dimiliki siswa
saling menguatkan, apa yang didengar dikuatkan oleh penglihatan (visual), dan apa yang dilihat dikuatkan oleh audio (pendengaran). Dalam arti kata pada pembelajaran seperti ini sudah diikuti oleh reinforcement yang sangat membantu bagi pemahaman anak didik terhadap materi pembelajaran.
Penelitian mutakhir tentang otak menyebutkan bahwa belahan kanan korteks otak manusia bekerja 10.000 kali lebih cepat dari belahan kiri otak sadar. Pemakaian bahasa membuat orang berpikir dengan kecepatan kata. Otak limbik (bagian otak yang lebih dalam) bekerja 10.000 kali lebih cepat dari korteks otak kanan, serta mengatur dan mengarahkan seluruh proses otak kanan. Oleh karena itu sebagian proses mental jauh lebih cepat dibanding pengalaman atau pemikiran sadar seseorang (Win Wenger, 2003:12-13). Strategi pembelajaran konvensional pada umumnya lebih banyak menggunakan belahan otak kiri (otak sadar) saja, sementara belahan otak kanan kurang diperhatikan. Pada pembelajaran dengan Active learning (belajar aktif) pemberdayaan otak kiri dan kanan sangat dipentingkan.
Thorndike (Bimo Wagito, 1997) mengemukakan 3 hukum belajar, yaitu :
1. law of readiness, yaitu kesiapan seseorang untuk berbuat dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons.
2. law of exercise, yaitu dengan adanya ulangan-ulangan yang selalu dikerjakan maka hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lancar
3. law of effect, yaitu hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik jika dapat menimbulkan hal-hal yang menyenangkan, dan hal ini cenderung akan selalu diulang.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat. Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu mempertahankan respons tersebut dalam memory (ingatan) nya. Hubungan antara stimulus dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang menyenangkan. Efek menyenangkan yang ditimbulkan stimulus akan mampu memberi kesan yang mendalam pada diri anak didik, sehingga mereka cenderung akan mengulang aktivitas tersebut. Akibat dari hal ini adalah anak didik mampu mempertahan stimulus dalam memory mereka dalam waktu yang lama (longterm memory), sehingga mereka mampu merecall apa yang mereka peroleh dalam pembelajaran tanpa mengalami hambatan apapun.
Active learning (belajar aktif) pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respons anak didik dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka. Dengan memberikan strategi active learning (belajar aktif) pada anak didik dapat membantu ingatan (memory) mereka, sehingga mereka dapat dihantarkan kepada tujuan pembelajaran dengan sukses. Hal ini kurang diperhatikan pada pembelajaran konvensional.
Dalam metode active learning (belajar aktif) setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya. Materi pelajaran yang baru disediakan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada. Agar murid dapat belajar secara aktif guru perlu menciptakan strategi yang tepat guna sedemikian rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. (Mulyasa, 2004:241)
Dari uraian di atas dapat ditarik beberapa perbedaan antara pendekatan pembelajaran Active learning (belajar aktif) dan pendekatan pembelajaran konvensional, yaitu :
Pembelajaran konvensional Pembelajaran Active learning
Berpusat pada guru Berpusat pada anak didik
Penekanan pada menerima pengetahuan Penekanan pada menemukan
Kurang menyenangkan Sangat menyenangkan
Kurang memberdayakan semua Membemberdayakan semua
indera danpotensi anak didik indera dan potensi anak didik
Menggunakan metode yang monoton Menggunakan banyak metode
Kurang banyak media yang digunakan Menggunakan banyak media
Tidak perlu disesuaikan dengan Disesuaikan dengan
Pengetahuan yang sudah ada pengetahuan yang sudah ada

Perbandingan di atas dapat dijadikan bahan pertimbangan dan alasan untuk menerapkan strategi pembelajaran active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di kelas.
Selain itu beberapa hasil penelitian yang ada menganjurkan agar anak didik tidak hanya sekedar mendengarkan saja di dalam kelas. Mereka perlu membaca, menulis, berdiskusi atau bersama-sama dengan anggta kelas yang lain dalam memecahkan masalah. Yang paling penting adalah bagaimana membuat anak didik menjadi aktif, sehingga mampu pula mengerjakan tugas-tugas yang menggunakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi, seperti menganalisis, membuat sintesis dan mengevaluasi. Dalam konteks ini, maka ditawarkanlah strategi-strategi yang berhubungan dengan belajar aktif. Dalam arti kata menggunakan teknik active learning (belajar aktif) di kelas menjadi sangat penting karena memiliki pengaruh yang besar terhadap belajar siswa.

2. Aplikasi Active learning (belajar aktif) dalam Pembelajaran

L. Dee Fink (1999) mengemukakan model active learning (belajar aktif) sebagai berikut.

Dialog dengan diri sendiri adalah proses di mana anak didik mulai berpikir secara reflektif mengenai topik yang dipelajari. Mereka menanyakan pada diri mereka sendiri mengenai apa yang mereka pikir atau yang harus mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik yang dipelajari. Pada tahap ini guru dapat meminta anak didik untuk membaca sebuah jurnal atau teks dan meminta mereka menulis apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa pengaruh bacaan tersebut terhadap diri mereka.
Dialog dengan orang lain bukan dimaksudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yang terjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialog yang lebih aktif dan dinamis ketika guru membuat diskusi kelompok kecil tentang topik yang dipelajari.
Observasi terjadi ketika siswa memperhatikan atau mendengar seseorang yang sedang melakukan sesuatu hal yang berhubungan dengan apa yang mereka pelajari, apakah itu guru atau teman mereka sendiri
Doing atau berbuat merupakan aktivitas belajar di mana siswa berbuat sesuatu, seperti membuat suatu eksperimen, mengkritik sebuah argumen atau sebuah tulisan dan lain sebagainya.
Ada banyak metode yang dapat digunakan dalam menerapkan active learning (belajar aktif) dalam pembelajaran di sekolah. Mel Silberman (2001) mengemukakan 101 bentuk metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran aktif. Kesemuanya dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan jenis materi dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai oleh anak. Metode tersebut antara lain Trading Place (tempat-tempat perdagangan), Who is in the Class?(siapa di kelas), Group Resume (resume kelompok), prediction (prediksi), TV Komersial, the company you keep (teman yang anda jaga), Question Student Have (Pertanyaan Peserta Didik), reconnecting (menghubungkan kembali), dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan ini penulis mencoba menyajikan beberapa model pembelajaran aktif yang disajikan Silberman.

Question Student Have (Pertanyaan Peserta Didik)
Metode Question Student Have ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapan anak didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki. Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi siswa melalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada siswa yang kurang berani mengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melalui percakapan.
Prosedur :
1. Bagikan kartu kosong kepada siswa
2. Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang mata pelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelajari
3. Putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada peserta berikutnya, peserta tersebut harus membacanya dan memberikan tanda cek di sana jika pertanyaan yang sama yang mereka ajukan
4. Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akan mengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawab masing-masing pertanyaan tersebut dengan :
a. Jawaban langsung atau berikan jawaban yang berani
b. Menunda jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktu yang tepat
c. Meluruskan pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan
5. Panggil beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipun pertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyak
6. Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya.
Variasi :
1. Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu pada siswa, buatlah kelas menjadi sub- kelompok dan lakukan instruksi yang sama. Atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktu dan jawab salah satu pertanyaan
2. Meskipun meminta pertanyaan dengan kartu indeks, mintalah peserta menulis harapan mereka dan atau mengenai kelas, topik yang akan anda bahas atau alasan dasar untuk partisipasi kelas yang akan mereka amati.
3. Variasi dapat pula dilakukan dengan meminta peserta untuk memeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat mengidentifikasi pertanyaan mana yang mendapat jawaban terbanyak, sebagai indikasi penguasaan anak terhadap objek yang dipertanyakan.

Reconnecting (menghubungkan kembali)
Metode reconnecting (menghubungkan kembali) ini digunakan untuk mengembalikan perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat tidak melakukan aktivitas tersebut.
Prosedur :
1. Ajaklah anak didik kembali kepada pelajaran. Jelaskan pada anak didik bahwa menghabiskan beberapa menit untuk mengaitkan kembali pelajaran dengan pengetahuan anak akan memberi makna yang berarti.
2. Tentukan satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada para peserta didik :
• Apa saja yang masih anda ingat tentang pelajaran terakhir kita ? apa saja yang masih bertahan dalam diri anda ?
• Sudahkah anda membaca / berpikir /melakukan sesuatu yang dirangsang oleh pelajaran terakhi kita ?
• Pengalaman menarik apa yang telah anda miliki di antara pelajaran-pelajaran?
• Apa saja yang ada dalam pikiran anda sekarang (misal nya sebuah kekhawatiran) yang mungkin mengganggu kemampuan anda untuk memberi perhatian pebuh terhadap pelajaran hari ini?
• Bagaimana perasaan anda hari ini? (Dapat dilakukan dengan memberikan metafor, seperti “Saya merasa bagaikan pisang busuk
3. Dapatkan respons dengan menggunakan salah satu format, seperti sub-kelompok atau pembicara dengan urutan panggilan berikutnya
4. Hubungkan dengan topik sekarang
Variasi :
1. Lakukan sebuah ulasan tentang pelajaran yang telah lalu
2. Sampaikan dua pertanyaan, konsep atau sejumlah informasi yang tercakup dalam pelajaran yang lalu. Mintalah peserta didik untuk memberikan suara terhadap sesuatu yang paling mereka sukai agar anda mengulas pelajaran tersebut. Ulaslah pertanyaan, konsep, atau informasi yang menang.

Pengajaran Sinergetik (Synergetic Teaching)
Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswa membandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka peroleh dengan teknik berbeda) yang mereka miliki.
Prosedur :
a. Bagi kelas menjadi dua kelompok
b. Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran
c. Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan metode yang diinginkan oleh guru.
d. Pasangkan masing-masing anggota kelompok pembaca dan kelompok penerima materi pelajaran dari guru dengan tugas menyimpulkan/meringkas materi pelajaran.

Kartu Sortir (Card Sort)
Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, atau mengulangi informasi.
Prosedur :
a. Masing-masing siswa diberikan kartu indek yang berisi materi pelajaran. Kartu indek dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok, misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukan oleh lingkungan dll. Makin banyak siswa makin banyak pula pasangan kartunya.
b. Guru menunjuk salah satu siswa yang memegang kartu, siswa yang lain diminta berpasangan dengan siswa tersebut bila merasa kartu yang dipegangnya memiliki kesamaan definisi atau kategori.
c. Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman bagi siswa yang melakuan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.
d. Guru dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.
TRADING PLACE
Metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukar pendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadap berbagai masalah.

Prosedur :
1. beri peserta didik satu atau lebih catatan-catatan Post-it (tentukan apakah kegiatan tersebut akan berjalan lebih baik dengan membatasi para peserta didik terhadap sebuah atau beberapa kontribusi)
2. mintalah mereka untuk menulis dalam catatan merea salah satu dari hal berikut :
a. sebuah nilai yang mereka pegang
b. sebuah pengalaman yang telah mereka miliki saat ini
c. sebuah ide atau solusi kreatif terhadap sebuah problema yang telah anda tentukan
d. sebuah pertanyaan yang mereka miliki mengenai persoalan dari mata pelajaran
e. sebuah opini yang mereka pegang tentang sebuah topik pilihan anda
f. sebuah fakta tentang mereka sendiri atau persoalan pelajaran
3. mintalah peseta didik menaruh (menempelkan) catatan tersebut pada pakaian mereka dan mengelilingi ruangan dengan atau sambil membaca tiap catatan milik peserta yang lain
4. kemudian, suruhlah para peserta didik berkumpul sekali lagi dan mengasosiasikan sebuah pertukaran catatan-catatan yang telah diletakkan pada tempatnya (trade of Post-it notes) satu sama lain. Pertukaran itu hendaknya didasarkan pada sebuah keinginan untuk memiliki sebuah nilai, pengalaman, ide, pertanyaan, opini atau fakta tertentu dalam waktu yang singkat. Buatlah aturan bahwa semua pertukaran harus menjadi dua jalan. Doronglah peserta didik untuk membuat sebanyak mungkin pertukaran yang mereka sukai.
5. kumpulkan kembali kelas tersebut dan mintalah para peserta didik berbagi pertukaran apa yang mereka buat dan mengapa demikian. (misalnya : Mita : “Saya menukar catatan dengan Sonya karena dia telah membuat catatan tentang perjalanan ke Eropa Timur. Saya menyukai perjalanan ke sana karena saya mempunyai nenek moyang yang berasal dari Hongaria dan Ukraina

WHO IN THE CLASS?
Metode ini digunakan untuk memecahkan kebekuan suasana dalam kelas. Teknik ini lebih mirip dengan perburuan terhadap teman-teman di kelas daripada terhadap benda. Strategi ini membantu perkembangan pembangunan team (team building) dan membuat gereakan fisik berjalan tepat pada permulaan gerakan fisik berjalan tepat pada permulaan sebuah perjalanan.

Prosedur:
1. Buatlah 6 sampau 10 pertanyaan deskriptif untuk melengkapi frase : Carilah seseorang yang…………
Suka/senang menggambar
Mengetahui apa yang dimaksud rebonding
Mengira bahwa hari ini akan hujan
Berperilaku baik
Telah mengerjakan PR
Punya semangat kuat dalam belajar
dll
2. Bagikan pernyataan-pernyataan itu kepada peserta didik dan berikah beberapaperintah berikut :
Kegiatan ini seperti sebuah perburuan binatang, kecuali bahwa anda mencari orang sebagai pengganti benda. Ketika saya berkata “mulai” kelilingilah ruangan dengan mencari orang-orang yang cocok dengan pernyataan ini. Anda bisa menggunakan masing-masing orang hanya untuk sebuah pernyataan, meskipun dia memiliki kecocokan lebih dari satu. Tulislah nama orang tersebut
3. ketika kebanyakan peserta didik telah selesai, beri tanda stop berburu dan kumpulkan kembali ke kelas.
4. guru dapat menawarkan sebuah hadiah penghargaan teradap orang yang selesai pertama kali. Yang lebih penting surveilah kelas tersebut. Kembangkan diskusi singkat tentang beberapa bagian yang mungkin merangsang perhatian dalam topik pelajaran.

Resume kelompok
Teknik resume secara khusus menggambarkan sebuah prestasi , kecakapan dan pencapaian individual, sedangkan resume kelompok merupakan cara yang menyenangkan untuk membantu para peserta didi lebih mengenal atau melakukan kegiatan membangun tem dari sebuah kelompok yang para anggotanya telah mengenal satu sama lain.

Prosedur :
1. Bagilah peserta didik ke dalam kelompok sekitar 3 sampai 6 anggota
2. beritahukan kelas itu bahwa kelas berisi sebuah kesatuan bakat dan pengalaman yang sangat hebat
3. sarankan bahwa salah satu cara untuk mengenal dan menyampaikan sumber mata pelajaran adalah dengan membuat resume kelompok.
4. berikan kelompok cetakan berita dan penilai untuk menunjukkan resume mereka. Resume tersebut seharusnya memasukkan beberapa informasi yang bisa menjual kelompok tersebut secara keseluruhan. Data yang disertakan bisa berupa :
latar belakang pendidikan; sekolah-sekolah yang dimasuki
pengetahuan tentang isi pelajaran
pengalaman kerja
posisi yang pernah dipegang\keterampilan-keterampilan
hobby, bakat, perjalanan, keluarga
prestasi-prestasi
5. ajaklah masing-masing kelompok untuk menyampaikan resumenya

PREDICTION (PREDIKSI)
Metode ini dapat membantu para siswa menjadi kenal satu sama lain

Prosedur :
1. bentuklah sub-sub kelompok dari 3 sampai 4 orang siswa (yang relatif masih asing satu sama lain)
2. beritahukan pada peserta didik bahwa pekerjaan mereka adalah meramalkan bagaimana masing-masing orang dalam kelompoknya akan menjawab pertanyaan tertentu yang telah dipersiapkan untuk mereka, seperti :
a. kamu menyukai musik apa?
b. Apa di antara kegiatan waktu luang favorit anda?
c. Berapa jam kamu bisa tidur malam?
d. Berapa saudara kandung yang kamu miliki dan kamu berada pada urutan berapa?
e. Di mana kamu dibesarkan?
f. Seperti apa kamu ketika masih kecil?
g. Apakah orang tua kamu bersikap toleran atau ketat?
h. Pekerjaan apa yang telah kamu miliki?
3. mintalah sub-sub kelompok mulai dengan memilih satu orang sebagaoi subyek pertamanya. Dorong anggota kelompok se spesifik mungkin dalam prediksi mereka mengenai orang itu. Beritahukan mereka agar tidak takut tentang tebakan-tebakan yang berani.
4. mintalah masing-masing anggota kelompok bergiliran sebagai orang fokus/utama.

Tv Komersial
Metode ini dapat menghasilkan pembangunan team (team building) yang cepat
Prosedur :

1. bagilah peserta didik ke dalam team yang tidak lebih dari 6 anggota
2. mintalah team-team membuat iklan TV 30 detik yang meniklankan masalah pelajaran dengan menekankan nilainya bagi meraka atau bagi dunia
3. iklan hendaknya berisi sebuah slogan (sebagai contoh “Lebih baik hidup dengan ilmu Kimia”) dan visual (misalnya, produk-produk kimia terkenal)
4. jelaskan bahwa konsep umum dan sebuah outline dari iklan tersebut sesuai. Namun jika team ingin memerankan iklannya, hal tersebut baik juga.
5. sebelum masing-masing team mulai merencanakan iklannya, maka diskusikan karakteristik dari beberapa iklan yang saat ini terkenal untuk merangsang kreatifitas (misalnya penggunaan sebuah kepribadian terkenal, humor, perbandingan terhadap persaingan, daya tarik sex)
6. mintalah masing-masing team menyampaikan ide-idenya. Pujilah kreatifitas setiap orang.

The Company You Keep
Metode ini digunakan untuk membantu siswa sejak awal agar lebih mengenal satu sama lain aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan amat menyenangkan.

Prosedur :
1. buatlah datar kategori yang anda pikir mungkin tepat dalam sebuah kegiatan untuk lebih mengenal pelajaran yang anda ajar. Kategori-kategori tersebut meliputi :
a. bulan kelahiran
b. orang yang suka atau tidak suka suatu objek
c. kesukaan seseorang
d. tangan yang digunakan untuk menulis
e. warna sepatu
f. setuju atau tidak dengan beberapa pernyataan opini tentang sebuah isi hangat (misalnya “Jaminan pemeliharaan kesehatan hendaknya bersifat universal”)
Catatan: Kategori dapat pula dikaitkan langsung dengan materi pelajaran yang diajarkan
2. bersihkan ruang lantaiagar peserta didik dapat berkeliling dengan bebas
3. sebutkan sebuah kategori. Arahkan para peserta didik untuk menentukan secepat mungkin semua orang yang akan mereka kaitkan dengan kategori yang ada. Misal para penulis dengan tangan kanan dan penulis dengan tangan kiri akan terpisah menjadi dua bagian.
4. ketika para peserta didik telah membentuk kelompok-kelompok yang tepat, mintalah mereka berjabatan tangan dengan teman yang mereka jaga. Ajaklah semua untuk mengamati dengan tepat berapa banyak otang yang ada di dalam kelompok-kelompok yang berbeda.
5. lanjutkan segera pada kategori berikutnya. Jagalah peserta didik tetap bergerak dari kelompok ke kelompok ketika anda mengumumkan kategori-kategori baru.
6. kumpulkan kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yang muncul dari latihan itu. (http://edu-articles.com/)