Har Magazine official website | Members area : Register | Sign in

PPKHB bagi Guru dalam Jabatan

Tuesday, July 12, 2011

image PPKHB adalah suatu sistem penghargaan terhadap wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang mencerminkan pengalaman kerja dan hasil belajar yang dimiliki guru peserta Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan sebagai pengurang beban studi yang wajib ditempuh. Pengalaman kerja dalam hal ini berkaitan dengan masa bakti, kemampuan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, dan prestasi tertentu yang diperoleh dalam bentuk penghargaan, sedangkan hasil belajar berkaitan dengan kualifikasi akademik yang telah diperoleh, pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan prestasi akademik yang dicapai.

Salah satu upaya untuk mendukung percepatan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru dalam jabatan saat ini telah terbit Permendiknas Nomor 58 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan. Dalam Permendiknas tersebut disebutkan bahwa perguruan tinggi penyelenggara dapat memberikan pengakuan terhadap Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) yang pernah diperoleh sebelumnya. Pengakuan tersebut secara khusus diberikan kepada guru peserta program pada LPTK penyelenggara yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 015/P/2009 Tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan. Untuk Kabupaten Nganjuk, LPTK yang ditunjuk adalah STKIP PGRI Nganjuk.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dengan ini kami beritahukan kepada Bapak/Ibu guru se Kotabaru yang belum memiliki kualifikasi S1, untuk dapat kiranya mengikuti program ini. Sebagai informasi awal, Program PPKHB ini terdiri dari penilaian portofolio, layaknya sertifikasi, dan terdiri dari 2 komponen saja, yaitu Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar Bapak/Ibu Guru selama melaksanakan tugas sebagai Guru. Selanjutnya, hasil penilaian tersebut akan dikonversi kedalam besaran SKS mata kuliah yang akan diambil. Sebagai contoh, jika guru A akan mengikuti S1 harus mengambil 40 SKS, sementara hasil penilaian PPKHB-nya didapat setara 10 SKS, maka Guru A hanya perlu mengikuti perkuliahan untuk S1 sebanyak 40 SKS - 10 SKS = 30 SKS saja.

Semua ini dilakukan pemerintah untuk mempercepat proses pencapaian kualifikasi S1 bagi guru yang harus tuntas pada tahun 2014.

Model Penyusunan Portofolio PPKHB pada penyelenggaraan Program Sarjana (S1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan ini diarahkan untuk memberikan gambaran umum kepada Guru dalam Jabatan (peserta program) dalam penyusunan portofolio PPKHB yang akan diajukan ke PT Penyelenggara sebagai syarat adanya pengakuan dalam pengurangan beban studi (sks) yang akan ditempuh peserta program.

Peserta program yang boleh mengajukan PPKHB adalah Guru dalam Jabatan sebagai peserta Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan dengan kriteria sebagai berikut.

  1. Guru yang sudah berstatus guru PNS dan/atau bukan PNS pada satuan pendidikan yang ditetapkan sebagai Guru Tetap dan belum memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV).
  2. Guru dalam jabatan yang memiliki masa kerja minimal dua (2) tahun secara terus menerus dan tercatat sebagai guru tetap pada satuan administrasi pangkal yang memiliki izin dari pemerintah, pemerintah daerah, atau penyelenggara pendidikan yang telah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja sama.
  3. Guru yang memiliki NUPTK atau dalam proses pengajuan NUPTK.
  4. Guru yang sudah terdaftar sebagai mahasiswa Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru dalam Jabatan di suatu program studi/jurusan.

Proses pembelajaran dalam program PPKHB ini dengan 'Dual Mode', ada tatap muka/termediasi di kampus atau di pusat2 kegiatan (KKG, MGMP, LPMP, P4TK atau tempat lain yg direkomendasi) dan belajar mandiri dg tutorial dan belajar mandiri tanpa tutorial.

Buku Panduan PPKHB bisa klik di SINI.
Penyusunan Portofolio bisa klik di SINI.
Peraturan tentang PPKHB klik di SINI.
Daftar LPTK PPKHB klik di SINI.

Mengenal Gaya Belajar Anak

Saturday, July 9, 2011


Kenali Gaya Belajar Anak
1. Pentingnya Memahami Gaya Belajar Siswa
Albert Einstein kecil dikenal suka melamun. Guru-gurunya di Jerman mengatakan bahwa ia tidak akan berhasil di bidang apapun, pernyataannya merusak suasana kelas, dan lebih baik ia tidak bersekolah. Winston Churchill sangat lemah dalam pekerjaan sekolah. Dalam berbicara ia gugup dan terbata-bata. Sementara itu Thomas A. Edison pernah dipukuli guru dengan ikat pinggang karena dianggap mempermainkan guru dengan mengajukan banyak pertanyaan. Karena seringnya dihukum, ia dikeluarkan ibunya setelah mengenyam pendidikan formal hanya selama 3 bulan.
Einstein, Chuechill, dan Edison memiliki gaya belajar yang khas yang tidak sesuai dengan gaya belajar sekolah mereka. Untunglah mereka memiliki pelatih yang memahami gaya belajar tersebut hingga akhirnya kesuksesan luar biasa mampu mereka capai. Einstein berhasil menjadi ilmuan terbesar sepanjang sejarah, Churchill akhirnya menjadi salah satu pemimpin dan orator terbesar abad 20, dan Edison menjadi penemu paling produktif sepanjang zaman.
Sayangnya, jutaan anak lain dengan kekhasan gaya belajar berbeda tersebut jarang sekali yang menemukan seseorang yang mampu memahaminya, sehingga tak mampu memaksimalkan potensi yang dimilikinya. inilah yang menjadi sebab terbesar kegagalan dunia pendidikan.
Setiap orang tentunya memiliki bakat dan modalitas belajar yang berbeda. Namun kebanyakan sekolah diselenggarakan dengan asumsi setiap orang itu identik. Bila kita perhatikan dalam kelas di dunia pendidikan kita, kita mlihat kecenderungan oleh guru yang hanya menggunakan satu cara saja dalam mengajar. Guru mengajar dengan menggunakan media papan tulis (visual), mengajar dengan menggunakan buku (visual). Sementara itu siswa belajardengan buku (visual), mencatat (visual), mengerjakan tugas secara tertulis (visual), dan mengerjakan tes juga secara tertulis (visual). Karena hanya menggunakan satu gaya belajar, akhirnya timbullah beragam masalah yang menyebabkan kurangnya motivasi dan aktivitas belajar siswa.
Bagi guru yang ingin sukses pada masa mendatang, sangat penting untuk mengetahui apa yang berlangsung dalam kepala murid mereka. Perlu juga mengetahui perlakuan apa yang mereka butuhkan. Pengetahuan guru tentang gaya belajar membantu para guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang multi-indrawi, yang melayani sebaik mungkin kebutuhan individual setiap siswa. Dengan memanfaatkan konsep keragaman dan menerima gaya belajar yang berbeda. Para guru menjadi lebih efektif dalam menentukan strategi-strategi pengajaran, dan murid akan belajar dengan lebih percaya diri dan lebih puas dengan kemajuan belajar mereka.
2. Macam-macam Gaya Belajar
Dari cara kita memasukkan informasi ke dalam otak melalui panca indra, kita mengenal paling tidak ada tiga macam gaya belajar, yaitu Visual (penglihatan), Auditori (Pendengaran), dan Kinestetik (Gerakan). Pembagian ini dapat diperluas lagi dengan tambahan gaya Tetile (Perabaan), Olfactori (penciuman), dan Gustatori (Pengecapan). Dari enam macam gaya belajar ini, tiga teratas merupakan gaya belajar yang sering dijumpai. Pada umumnya, jarang orang jarang menggunakan satu macam gaya belajar, biasanya akan ada kombinasi antar semuanya. Untuk itulah sabagai guru hendaknya kita mampu mengkombinasikan antar berbagai gaya belajar siswa.
Dari hasil penelitian, jumlah siswa yang belajar secara visual sebanyak 27%, auditori 34%, dan 39% kinestetik. Hal ini kiranya dapat menjawab mengapa banyak siswa yang emngalami kesulitan belajar.
a. Gaya belajar visual (penglihatan)
Modalitas dan gaya belajar ini mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat. Warna, hubungan, ruang, potret mental, dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Seorang yang sangat visual bercirikan berikut:
• Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan
• Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada dibacakan.
• Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat.
• Suka membuat coret-coretan
• Dalam komunikasi sering menggunakan kata yang berhubungan dengan penglihatan
• Berbicara dengan tempo cukup cepat
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Menggunakan kertas tulis dengan tulisan berwarna daripada papan tulis
• Mendorong siswa untuk menggambarkan informasi, dengan menggunakan diagram dan warna.
• Beri kode warna untuk bahan pelajaran, dan sebaiknya dorong siswa untuk mencatat dengan aneka warna
b. Gaya belajar auditori (pendengaran)
Modalitas ini mengakses segala bunyi dan kata. Musik, nada, irama, rima, dialog internal, dan suara menonjol disini. Seorang yang sangat auditorial bercirikan:
• Perhatiannya mudah terpecah
• Berbicara dengan pola berirama
• Belajar dengan cara mendengarkan
• Ketika membaca suka menggerakkan bibir/bersuara
• Berdialog secara internal dan eksternal
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Gunakan variasi vokal (perubahan nada, kecepatan, dan volume) dalam presentasi kelas
• Gunakan pengulangan, mintalah siswa menyebutkan kembali konsep pelajaran
• Gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin
• Setiap segmen siswa diminta memberitahukan pada teman sebelahnya.
c. Gaya belajar kinestetik (Gerakan)
Modalitas ini mengakses segala jenis gerak dan emosi.. gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik menonjol disini. Seorang yang sangat auditorial bercirikan:
• Menyentuh orang yang berdiri berdekatan
• Banyak gerak
• Belajar dengan melakukan,
• Menunjuk tulisan saat membaca
• Mengingat sambil berjalan dan melihat
Untuk menghadapi siswa dengan kecenderungan visual, guru hendaknya melakukan hal-hal berikut:
• Gunakan alat bantu saat mengajar untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan menekankan konsep kunci
• Ciptakan simulasi konsep agar siswa mengalaminya
• Peragakan konsep sambil memberikan kesempatan siswa untuk mempelajari langkah demi langkah
• Ijinkan siswa berjalan-jalan di kelas
• Ceritakan pengalaman pribadi mengenai wawasan belajar, dan doronglah siswa untuk mengalaminya.
Siswa dengan kecenderungan kinestetik paling dirugikan dalam sistem pendidikan saat ini. Pelajar kinestetik perlu bergerak, padahal dalam kelas tradisional, anak harus diam dan mendengarkan apa yang disampaikan guru. Anak ini sering dicap sebagai anak hiperaktif atau bandel.
3. Gaya Belajar, Diturunkan Atau Dikondisikan?
Mengapa kita semua begitu berbeda sekaligus mirip pada saat yang sama? Apa yang terjadi dengan gaya belajar kita setelah tumbuh dewasa? Apakah gaya belajar kita berubah atau tetap sama sepanjang hidup kita?
Pencarian penjelasan tentang manusia telah berlangsung selama berabad-abad yang lalu. Penelitian oleh Dunn dan Dunn merupakan salah satu alat yang mengandung unsure-unsur gaya hasil penelitian ilmiah yang jelas-jelas bersifat biologis dan tetap sepanjang masa. Penelitian yang dilangsungkan sejak 1979 mengungkapkan bahwa tiga perlima gaya belajar bersifat genetis, dan sisanya, diluar ketekunan, bisa dikembangkan memalui pengalaman.
Disisi lain, seberapa jauhkah pengkondisian mampu mengubah sifat gaya belajar siswa di area biologis? Banyak siswa nampaknya memang mampu menyesuaikan diri dengan cukup baik, mengikuti pelajaran dengan cukup baik, dan mampu meraih hasil yang bagus. Namun tidak sedikit pula mereka yang tidak mampu untuk demikian. Tidak cocok dalam lingkungan belajar yang demikian, dan tidak mampu belajar sebagaimana teman lain, sebagaimana yang dibenarkan oleh guru.
Penemuan ini telah membawa kita pada sebuah kesadaran bahwa menjadi fleksibel di area-area biologis akan sangatmembantu, tetapi dikondisikan pada satu gaya belajar yang bukan gaya belajar siswa, akan memberi dampak yang dapat merusak dari berbagai segi. Pengkonsisan ini dapat menimbulkan masalah belajar, frustasi, dan penghargaan diri yang rendah.
4. Mengenal Dan Memahami Gaya Belajar Siswa
Kita telah memahami bahwa setiap orang, termasuk kita, memiliki modalitas belajar dan gaya belajar yang berbeda. Dalam praktik pembelajaran, kita tidak diperkenankan untuk menggunakan gaya belajar sebagaimana yang kita suka. Bila ini kita paksakan, maka siswa yang berbeda kecenderungan dengan kita, akan merasa dirugikan. Untuk itulah kita harus berupaya mengenali gaya belajar siswa kita, dan akhirnya akan kita gunakan pula dalam mengajar. Terdapat bermacam cara mengenal karakteristik agaya belajar siswa kita, yang utama adalah dengan komunikasi dan bertanya.
a. Mengenal gaya belajar siswa dengan bertanya
Diskusi sederhana tentang gaya belajar dan minat sering menjadi cara termudah untuk menghancurkan tembok antara guru dan murid. Anda juga dapat menemukan gaya belajar siswa dengan mendengarkan suara mereka. Mintalah instruksi pada siswa bergaya visual, maka dia akan cenderung menggambar sebuah peta. Pelajar bertipe auditorial biasanya tidak suka membaca buku atau buku petunjuk, dia lebih suka bertanya untu memperoleh informasi. Sedangkan siswa bergaya kinestetik, selalu ingin bergerak. Diatas juga telah dijelaskan lebih detail ciri-ciri gaya belajar.
b. Mengenal gaya belajar siswa dengan melihat
Ahli NLP ( Neuro Linguistik Programming) menyatakan bahwa mereka sering bisa mengetahui gaya belajar yang disukai siswa hanya dengan gerakan mata dan mendengarkan pembicaraan mereka. Seorang siswa yang duduk tegak dan melihat lurus ke depan, atau yang matanya memandang keatas saat menerima informasi, dan jika berbicara cepat, biasanya adalah tipe visual.
Seorang siswa yang melihat kekanan-kiri saat menerima informasi, atau melihat kebawah, ke sisi berlawanannya, mungkin seorang auditoriaal. Ia biasanya akan berbicara dengan suara yang berirama. Sedangkan siswa kinestetik akan banyak bergerak, memandang ke kanan dan kebawah saat menrima dan menyimpan, dan kalau bicara lambat.
c. Mengenal gaya belajar siswa dengan bahasa tubuh.
Untuk menyerap informasi, pelajar visual biasanya duduk tegak dan menguikuti guru dengan matanya. Seorang auditorial sering mengulang dengan lembut kata-kata yang diucapkan guru, atau sering menggunakan kepalanya saat guru menyajikan informasi lisan. Sedangkan siswa kinestetik sering menunduk saat ia mendengarkan dan juga kadang suka bermain-main benda, mengklik pulpen sambil mendengarkan orang berbicara.

Diposkan oleh UD. RUPI pada : http://papadjojo.blogspot.com

Mengenal Gaya Belajar


Oleh: Yusrizal, S.Pd.
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana informasi diserap, diatur serta diolah. Jadi, gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap suatu informasi, kemudian mengatur dan mengolah informasi tersebut. (DePorter:2002)
Sebuah penelitian ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan oleh Profesor Ken dan Rita Dunn dari universitas St. John di Jamaica, New York, dan para pakar pemrograman Neuro Linguistik seperti, Richard Bandler dan John Grinder dan michael Grinder, telah mengidentifikasi tiga gaya belajar dan komunikasi yang berbeda.(Rose:2003)
1. Visual
Gaya belajar seperti ini lebih mengutamakan kekuatan penglihatan(mata). Belajar melalui melihat sesuatu. Orang dengan gaya belajar visual menyukai gambar, diagram, pertunjukkan, peragaan, pemutaran film atau video sebagai media pembelajaran. Berikut beberapa kharakteristik pembelajar visual:
  • Suka membaca; menonton televisi, film; menerka teka-teki atau mengisi TTS; lebih suka membaca ketimbang dibacakan; lebih suka memperhatikan ekspresi wajah ketika berbicara dengan orang lain.
  • Mengingat orang melalui penglihatan(tak pernah melupakan wajah); mengingat kata-kata dengan melihat dan biasanya bagus dalam mengeja atau melafalkan; tetapi butuh waktu lama untuk mengingat susunan atau urutan abjad jika tidak disebutkan awalnya.
  • Kalu memberi/menerima penjelasan arah lebih suka memakai peta /gambar
  • Selera pakaian: bergaya, penampilan penting, warna pilihannya sesuai, tertata atau terkoordinasi
  • Menyatakan emosi melalui ekspresi muka.
  • Menggunakan kata da ungkapan seperti: melihat, menonton, menggambarkan, sudut pandang, mencerahkan, perspektif, mengungkapkan, tampak bagiku, meneropong, fokus, cemerlang, bersemangat, dan sebagainya.
  • Aktivitas kreatif: menulis, menggambar, melukis, merancang, melukis di udara.
  • Cenderung berbicara cepat, tetapi mungkin cukup pendiam di dalam kelas.
  • Berhubungan dengan orang lain lewat kontak mata dan ekspresi wajah
  • Saat diam suka melamun atau menatap ke atas.
  • Menjalankan bisnis atas dasar hubungan personal antarwajah
  • Punya ingatan visual bagus. (ingat dimana meninggalkan sesuatu beberapa hari yang lalu.
  • Merespon lebih bagus ketika diperlihatkan sesuatu ketimbang diceritakan sesuatu.

2. Auditori
Gaya belajar Auditory lebih mengutamakan kekuatan pendengaran (telinga) Belajar melalui mendengarkan sesuatu. Orang dengan gaya belajar auditory lebih menyukai kaset audio, ceramah perkuliahan, diskusi, debat dan instruksi dalam proses belajar mengajar. Kharakteristik pembelajar auditori yaitu:
  • Suka mendengar radio, musik, sandiwara, drama, debat; lebih suka cerita yang dibacakan kepadanya dengan berbagai ekspresi
  • Ingat dengan baik nama orang; bagus dalam mengingat fakta; suka berbicara dan mempunyai perbendaharaan kata yang luas
  • Menerima dan memberikan penjelasan arah dengan kata-kata (verbal); senang menerima instruksi secara verbal
  • Selera: yang penting label, mengetahui siapa perancangnya dan dapat menjelaskan pilihan pakaiannya.
  • Mengungkapkan emosi secara verbal melalui perubahan nada bicara atau vokal
  • Menggunakan kata-kata dan ungkapan seperti: kedengarannya benar, membangkitkan lonceng, mendengarkan apa yang anda katakan, ceritakan, dengarkan, panggil, lantang, jelas, lebih dari cukup, teguran, jaga lidah anda, ungkapkan diri anda, memberi perhatian, berkata benar, dan sebagainya
  • Aktivitas kreatif: menyanyi, mendongeng, mengobrol apa saja, bermain musik, membuat cerita lucu, berdebat, berfilosofi.
  • Berbicara dengan kecepatan sedang; suka bicara bahkan dalam kelas.
  • Berhubungan dengan orang lain lewat dialog, diskusi terbuka.
  • Dalam keadaan diam, suka bercakap-cakap dengan dirinya sendiri atau bersenandung,
  • Suka menjalankan bisnis melalui telepon.
  • Cenderung mengingat dengan baik dan menghafal kata-katadan gagasan-gagasan yang pernah diucapkan.
  • Merespons lebih baik tatkala mendengar informasi ketimbang membacanya.

3. Kinestetik
Gaya belajar kinestetik lebih mengutamakan keterlibatan aktivitas fisik secara langsung. Belajar melalui aktivitas fisik. Media pembelajaran yang disukai antara lain bermain peran, kunjungan wisata, lebih menyukai pelajaran praktek ketimbang teori. Berikut kharakteristik pembelajar kinestetik:
  • Menyukai kegiatan aktif, baik sosial maupun olahraga, seperti menari dan lintas alam.
  • Ingat kejadian-kejadian; hal-hal yang terjadi.
  • Memberikan dan menerima penjelasan arah dengan mengikuti jalan yang dimaksud-“lebih mudah apabila anda mengikuti saya saja”.
  • Selera: nyaman dan “rasa” bahan lebih penting daripada gaya.
  • Mengungkapkan emosi melalui bahasa tubuh-gerak/nada otot.
  • Menggunakan kata dan ungkapan seperti: merasa, menyentuh, menangani, mulai dari awal, menaruh kartu di meja, meraba, memegang, memetik dawai, mendidihkan bergandengan tangan, mengatasi, menahan, tajam laksana pisau.
  • Aktivitas kreatif: kerajinan tangan, berkebun, menari, berolahraga
  • Berbicara agak lambat.
  • Berhubungan dengan orang lain lewat kontak fisik, mendekat/akrab, menyentuh.
  • Dalam keadaan diam selalu merasa gelisah; tidak bisa duduk tenang.
  • Suka melakukan urusan seraya mengerjakan sesuatu.
  • Ingat lebih baik menggunakan alat bantu belajar tiga dimensi
  • Belajar konsep lebih baik dengan menangani objek secara fisik.

Seseorang bisa saja memiliki sebagian kharakteristik pelajar visual, auditori dan kinestetik sekaligus. Artinya, dia bisa saja menjadi pelajar visual, sekaligus menjadi pelajar auditori; atau pelajar kinestetik, yang juga mampu untuk belajar secara visual.. Kita bisa menggunakan salah satu gaya belajar dalam menyerap informasi. Kita juga bisa menggunakan kombinasi diantara ketiga gaya belajar tersebut. Namun, tentu saja ada suatu kecenderungan dalam diri kita, gaya belajar mana yang lebih cocok dengan kita. Jika seseorang mampu mengidentifikasi gaya belajar yang cocok dengan dirinya, maka dia akan mampu menyerap informasi secara efesien.
Dalam dunia pendidikan, mengenal dan mengetahui gaya belajar merupakan suatu hal yang penting. Guru harus bisa mengidentifikasi dan mengetahui gaya belajar muridnya. Apakah muridnya lebih tertarik dengan ceramah, atau diskusi dalam preses pembelajaran? Atau lebih menyukai bermain peran dan pelajaran yang lebih bersifat praktek? Karena dalam suatu kelas terdiri dari banyak siswa dengan gaya belajar yang berbeda-beda, maka dituntut kreativitas guru untuk lebih inovatif dan kreatif menggunakan metode mengajar serta media yang digunakan. Gunakanlah berbagai metode mengajar yang berbeda, serta pakailah media pembelajaran yang variatif, sehingga mampu mengakomodir semua siswa dengan gaya belajar yang berbeda.
Nah, gaya belajar mana yang cocok dengan Anda, Visual, Auditori atau Kinestetik? Selamat belajar!!

sumber : http://mediadidik.blogspot.com

10 Cara Memperkuat Otak Berdasarkan Hasil Penelitian

Menjadi orang pintar ternyata bukan hal yang terjadi karena spontan. Selain faktor genetik ada beberapa cara yang digunakan agar kecerdasan Anda meningkat. Anda tidak perlu merasa pesimis bila mana Anda sekarang merasa tidak pintar2 amat.  karena kecerdasan BUKAN HARGA MATI. Bila penasaran dengan caranya, Anda dapat mengikuti 10 langkah alternatif yang disarankan berikut ini :

1. Olahraga

http://rendyanggara.files.wordpress.com/2010/08/olahraga.jpeg?w=216
Dipercaya dapat meningkatkan kapasitas otak selama beberapa tahun, namun para ilmuwan menemukan bukti baru yang menunjukkan hubungan latihan dengan kesehatan fisik dan mental.
Sebuah studi dari Universitas Cambridge menyatakan joging beberapa kali dalam seminggu dapat merangsang otak. Dengan berjalan selama beberap hari, ratusan ribu sel-sel otak baru akan tumbuh yang akan berefek pada pembentukan dan ingatan akan kenangan.

Sehingga dapat meningkatkan kemampuan untuk mengingat kenangan tanpa kebingungan pada tugas-tugas kognitif dan bisa memerlambat kerusakan mental di usia tua.

Baru-baru ini, para ilmuwan juga menemukan bahwa olahraga juga mampu melepaskan protein yang bernama “noggin”. Protein itu akan bertindak sebagai agen-kontra terhadap protein lain, seperti protein tulang morfogenetik. Sehingga merangsang peningkatan pembagian sel batang otak, otak tetap gesit dan aktif seiring bertambahnya usia.

Penelitian juga menunjukkan menguatnya produksi “noggin” dapat mencegah penyakit otak yang berkaitan dengan usia seperti Alzheimer.

2. Tidur Siang

http://www.ourtruetales.com/wp-content/uploads/SSolstice2007/SS2007_asleep2.jpg
Ilmuwan menduga bahwa tidur siang memiliki dampak signifikan pada kapasitas memori otak. Penelitian terakhir menemukan bahwa tidur selama satu jam di sore hari meningkatkan daya kerja otak dan secara dramatis meningkatkan kemampuannya untuk mempelajari fakta-fakta baru dan tugas.

Tidur setelah makan siang juga berfungsi sebagai bantuan regeneratif, yang memungkinkan otak untuk menjaga agar memori tetap tersimpan sementara informasi baru masuk.

Para peneliti menemukan, mereka yang tetap terjaga sepanjang hari cenderung lebih sulit mempelajari tugas baru, sehingga para ahli berasumsi bahwa dampak jangka panjang dari tidur siang adalah mencegah penyakit mental degeneratif.

3. Makanan Kaya Magnesium

http://utopiankitchen.files.wordpress.com/2007/11/broccoli.jpg?w=480
Makanan kaya magnesium seperti bayam dan brokoli dipercaya bisa meningkatkan memori dan kekuatan otak makanan. Penelitian terbaru, yang diterbitkan dalam Journal Neuron menemukan, peningkatan magnesium di otak dapat membantu proses belajar baik orang usia muda dan tua.

4. Berjemur

http://kolomkita.detik.com/upload/photo/berjemur5.jpg
Para ilmuwan telah menemukan bahwa berjemur bisa meningkatkan kecerdasan Anda dan mencegah demensia. Asupan vitamin D bisa didapat dari berjemur, tapi vitamin D juga dapat ditemukan dalam minyak minyak ikan. Yang dapat meningkatkan kemampuan menjaga otak tetap aktif dalam kondisi puncak seperti usia Anda.

Selain itu, dalam Journal of Neurology menemukan bahwa hubungan antara peningkatan asupan vitamin D berdampak pada pengolahan informasi yang lebih cepat terutama pada pria berusia lebih dari 60 tahun.

5. Memotong rumput

http://www.yllib.net/blog/wp-content/uploads/2007/10/wheatgrass.jpeg
Para peneliti menyatakan, bahan kimia yang ditemukan saat menyabit rumput tidak hanya dapat mengurangi stres dan membuat orang lebih bahagia, tapi juga bisa mencegah penurunan mental pada usia tua.

Ilmuwan Australia mengklaim bahwa aroma rumput yang baru dipotong langsung bekerja pada otak, terutama pada wilayah emosi dan memori. Bahkan saat ini sudah dikeluarkan parfum yang beraroma rumput yang dipotong yang dapat digunakan untuk menciptkan rasa rileks dan merangsang otak individu sekitarnya.

6. Seks dan Cokelat

http://dapurmlandhing.dagdigdug.com/files/2009/11/chocolate.jpg
Buku karangan Simon Wootton dan Terry Horne telah mengklaim bahwa mengonsumsi dark chocolate meningkatkan seks, dan mengikuti tradisi Skandinavia, yang memilih memiliki daging dingin untuk sarapan dapat meningkatkan kekuatan otak.

Buku ini, menganalisis bagaimana diet, lingkungan dan stres mempengaruhi kapasitas mental. Mereka menegaskan, kapasitas otak selalu dipertimbangkan dari segi genetis, padahal itu sebenarnya ditentukkan gaya hidup.

Selain itu, bahan dari cokelat hitam berpengaruh dalam proses melakukan hubungan seks, sementara energi yang didapat dari daging dingin dapat menstimulasi otak dan mencegah kerusakan mental karena usia.

7. Mempelajari musik sedari muda

http://omsholly.files.wordpress.com/2009/12/music_notes.jpg?w=480
Sebuah studi menunjukkan bahwa anak-anak muda yang mengambil pelajaran musik menunjukkan perkembangan otak yang lebih maju dan memori meningkat dibandingkan dengan mereka yang tidak mengambil musik.

Anak-anak yang dilatih musik ditemukkan lebih baik dalam tes memori yang berhubungan dengan keterampilan kecerdasan umum seperti membaca, memori verbal, matematika, dan IQ. Para ilmuwan yang melakukan penelitian ini mengindikasikan musik yang berpotensi dapat meningkatkan kecerdasan pada anak-anak dari usia empat tahun.

8. Berbicara dengan bayi Anda

http://koran.republika.co.id/images/news/2008/12/20081211120841.jpg
Para ahli menyatakan bahwa ibu yang berbicara dengan bayi dapat membantu otak anak mereka berkembang lebih baik. Peneliti dari Northwestern University di Illinois menemukan bahwa kata-kata memainkan peran penting dalam perkembangan otak anak-anak bahkan sebelum mereka mulai berbicara.

Studi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan dapat mengkategorikan kata-kata sesuai dengan representasi gambar mereka pada usia dini dapat memebnatu perkembangan otak anak.

9. Bermain tetris

http://gadgetophilia.com/wp-content/uploads/2009/06/tetris.gif
Sebuah studi yang dilakukan ilmuwan Amerika menemukan bahwa teka-teki klasik (permainan tetris) mungkin juga memiliki dampak positif pada kekuatan otak Anda.

Hasil riset menunjukkan walaupun permainan ini relatif sederhana dibandingkan dengan permainan komputer yang canggih saat ini, latihan yang teratur dapat meningkatkan daya pikir. Setelah bermain selama setengah jam setiap hari selama periode tiga bulan, otak mengalami ‘perubahan struktural’ di daerah yang terkait dengan gerakan, berpikir kritis, penalaran, bahasa dan pengolahan.

10. “Thinking Cap”

http://www.delranschools.org/94120126122016157/lib/94120126122016157/thinking_cap.gif
Saat ini, para ilmuwan telah mengembangkan sebuah produk bernama “Thinking Cap” yang diharapkan perangkat ini mampu meningkatkan kemampuan otak untuk belajar.

Para peneliti dari University of British Colombia, Vancouver, memulai proyek ini setelah menemukan bahwa kemampuan otak untuk mempelajari tugas baru meningkat secara signifikan ketika sebuah getaran magnetik diarahkan ke korteks premotor, daerah otak yang persis di belakang dahi. Teknik ini dapat digunakan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga untuk membantu mereka yang kesulitan belajar.

sumber : http://rendyanggara.wordpress.com